kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.174   26,00   0,16%
  • IDX 7.071   87,46   1,25%
  • KOMPAS100 1.057   17,05   1,64%
  • LQ45 831   14,47   1,77%
  • ISSI 214   1,62   0,76%
  • IDX30 424   7,96   1,91%
  • IDXHIDIV20 511   8,82   1,76%
  • IDX80 121   1,93   1,63%
  • IDXV30 125   0,91   0,73%
  • IDXQ30 141   2,27   1,63%

Yield SUN naik, obligasi korporasi jadi lebih menarik


Rabu, 21 Februari 2018 / 18:26 WIB
Yield SUN naik, obligasi korporasi jadi lebih menarik
ILUSTRASI. Pasar modal


Reporter: Grace Olivia | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan imbal imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun belakangan ini menyebabkan imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) ikut naik. Maklum, pasar obligasi negara cenderung lebih likuid dan fluktuatif, sehingga lebih mudah terdampak secara eksternal. Akibatnya, harga SUN menjadi turun sehingga investor semakin sulit memperoleh capital gain.

Dalam kondisi seperti ini, ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail menilai, obligasi korporasi bisa menjadi alternatif pilihan yang lebih menarik. Terutama, bagi investor yang ingin memegang obligasi hingga jatuh tempo.

Menurutnya, investor lebih baik pindah ke obligasi korporasi dengan tenor lebih pendek. "Selisih yield antara obligasi korporasi dan SUN tenor pendek masih besar, jadi lebih menarik," katanya.

Rabu (21/2), imbal hasil SUN seri acuan lima tahun berada di level 5,74% dan SUN seri acuan 10 tahun di level 6,41%. Sementara, menurut Mikail, rata-rata imbal hasil obligasi korporasi rating id-AAA tenor lima tahun mencapai 7,74% dan tenor 10 tahun sebesar 8,41%.

Analis obligasi BNI Sekuritas Ariawan mengatakan, permintaan investor terhadap obligasi bertenor pendek memang semakin tinggi. Hal ini terlihat dari penerbitan obligasi korporasi di awal tahun ini yang lebih besar nilainya untuk yang bertenor 1 tahun. Sebut saja, PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) yang menerbitkan obligasi berkelanjutan PUB IV tahap III 2018 seri A bertenor 1 tahun sebesar Rp 1 triliun.

Dalam memilih obligasi korporasi, investor sebaiknya memilih sektor yang banyak menerbitkan obligasi. Sebab, semakin banyak jumlah obligasi yang beredar maka pasar akan lebih likuid. Ariawan menyebut, obligasi korporasi dari sektor multifinance, perbankan, dan infrastruktur masih jadi rekomendasi untuk tahun ini.

Selain itu, korporasi dari ketiga sektor tersebut juga umumnya memperoleh peringkat investment grade di atas id-AA, yang mengindikasikan kemampuan bayar utang yang baik. "Apalagi, perusahaan BUMN sektor infrastruktur yang masih butuh banyak pendanaan, masih akan marak dan layak dikoleksi obligasinya," papar Ariawan.

Kedua analis sepakat, tahun ini, permintaan terhadap obligasi korporasi masih akan tinggi. Namun, menurut Mikail, kemampuan investor untuk menyerap penerbitan baru bakal semakin terbatas.

Sementara, obligasi yang akan jatuh tempo tahun ini mencapai Rp 70 triliun. Ariawan menilai, dana ini berpotensi diinvestasikan kembali ke obligasi baru. Menurutnya, dana kelolaan yang ditempatkan oleh perusahaan dana pensiun, asuransi, dan perbankan pada instrumen obligasi juga berpotensi meningkat. Sehingga, permintaan terhadap obligasi korporasi hingga akhir tahun nanti masih akan tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×