kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.759.000   14.000   0,80%
  • USD/IDR 16.530   -100,00   -0,61%
  • IDX 6.312   88,27   1,42%
  • KOMPAS100 903   6,88   0,77%
  • LQ45 712   2,66   0,38%
  • ISSI 198   3,50   1,80%
  • IDX30 373   2,21   0,60%
  • IDXHIDIV20 448   3,53   0,79%
  • IDX80 103   0,27   0,27%
  • IDXV30 108   0,52   0,49%
  • IDXQ30 122   0,86   0,71%

Yield SUN 10 Tahun Indonesia Tinggi, Berikut Faktor Pendorongnya


Selasa, 18 Maret 2025 / 20:42 WIB
Yield SUN 10 Tahun Indonesia Tinggi, Berikut Faktor Pendorongnya
ILUSTRASI. Yield SUN 10 tahun Indonesia kembali naik ke atas 7%. Peningkatan tersebut akibat anggaran pemerintah yang defisit pada awal tahun ini.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Yield SUN 10 tahun Indonesia kembali naik ke atas 7%. Peningkatan tersebut akibat anggaran pemerintah yang defisit pada awal tahun ini.

Berdasarkan Trading Economics, yield SUN 10 tahun berada di level 7,14% pada Selasa (18/3). Dalam sepekan naik 0,24%, mengakumulasi peningkatan 0,32% dalam sebulan.

Fixed Income Analyst Pefindo Ahmad Nasrudin mengatakan kenaikan yield akhir-akhir ini akibat sejumlah faktor, seperti risk-off asing di negara berkembang usai pengumuman pengenaan tarif oleh Trump. Namun pendorong utamanya merupakan ekses yang ditimbulkan dari defisit anggaran yang diumumkan Kamis pekan lalu. 

Sebab, pada dua bulan pertama 2025 merupakan yang pertama kali sejak 2021. Sementara sebelum-sebelumnya, anggaran pemerintah selalu surplus di awal tahun, yang berkontribusi untuk mengimbangi faktor negatif akibat sentimen eksternal.

Baca Juga: Yield SUN 10 Tahun Indonesia Kembali Naik ke Level 7%

"Akibatnya, pengumuman defisit tersebut memberikan sentimen negatif ke pasar," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (18/3).

Hal itut juga tercermin dari kenaikan Premi Risiko Investasi (Credit Default Swap/CDS) 5 tahun Indonesia ke level 82,87. Padahal, sejak akhir tahun lalu levelnya selalu konsisten di bawah 70.

Ahmad menerangkan, defisit anggaran menjadi katalisator negatif karena berkaitan dengan potensi pasokan ke depan. Menurutnya, investor melihat defisit tersebut sebagai sinyal terhadap pasokan yang lebih banyak di pasar surat utang.

Pemerintah dinilai akan membutuhkan lebih banyak penerbitan untuk membiayai belanjanya dan menutup defisit fiskal yang terjadi. Akibatnya, harga tertekan turun (yield naik).

"Pada dua lelang terakhir, pemerintah menyerap lebih tinggi daripada yang ditargetkan, menjadi sinyal bahwa pemerintah sedang membutuhkan lebih banyak dana," terangnya.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), lelang SBSN pada 11 Februari lalu, nilai yang dimenangkan pemerintah sebesar Rp 12 triliun atau di atas target indikatif Rp 10 triliun. Lalu lelang SUN pada 18 Februari pemerintah memenangkan Rp 28 triliun dari target indikatif Rp 26 triliun.

Baca Juga: Yield SUN 10 Tahun Turun ke Level Terendah, Ada Fenomena Flight To Quality

Dus, yield SUN 10 tahun Indonesia akan diperkirakan tetap tinggi pada kuartal II 2025. Ahmad menilai yield masih akan sideways periode tersebut.

Beberapa faktor menyebabkan hal tersebut. Di sisi positif, ekspektasi pemangkasan suku bunga akan lebih kuat di kuartal II, baik dari eksternal maupun dalam negeri. Namun, di sisi negatif, perang tarif dan defisit anggaran akan cenderung membatasi penurunan yield yang diakibatkan oleh penurunan pricing seiring dengan pemangkasan suku bunga.

"Oleh karena itu, yield 10 tahun diperkirakan akan berada di sekitar 6,8% dan jika dibuat rentang, pergerakannya akan berada di 6,7%-7% di kuartal II 2025," tutupnya.

Selanjutnya: MIND ID Harap Aneka Tambang (ANTM) Dapat Serap Seluruh Produksi Emas Freeport

Menarik Dibaca: Official Trailer dan Poster Penjagal Iblis: Dosa Turunan Dirilis, Tayang 30 April

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×