Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Yield SUN 10 tahun Indonesia kembali naik ke atas 7%. Peningkatan tersebut akibat sentimen global maupun domestik.
Berdasarkan Trading Economics, yield SUN 10 tahun Indonesia berada di level 7,10% pada Senin (17/3). Sepekan terakhir naik sebesar 0,24%, melanjutkan kenaikan dalam sebulan terakhir sebesar 0,36%.
Analis Fixed Income Sucorinvest Asset Management (Sucor AM) Alvaro Ihsan mengatakan, Kenaikan yield SUN 10 tahun terjadi karena terdapat beberapa sentimen.
Dari eksternal berupa potensi kebijakan tariff resiprokal, yang direncanakan untuk berlangsung pada awal April sehingga menimbulkan volatilitas pasar. Sentimen domestik terdiri dari rilis data APBN.
Baca Juga: Pemerintah Catat Penawaran Masuk Rp 75,78 Triliun Pada Lelang SUN, Kemarin (4/3)
"Pendapatan pajak dua bulan pertama memiliki kinerja di bawah ekspektasi," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (17/3).
Meski tren naik, tetapi Alvaro menilai sentimen di pasar masih berpotensi membuat pergerakan yield berfluktuasi. Sehingga ia menyarankan investor mencermati rilis beberapa data ekonomi terlebih dahulu.
Namun untuk tipe investor konservatif, obligasi dengan durasi pendek dapat menjadi pertimbangan untuk portofolio defensif.
"Obligasi dengan durasi pendek memiliki sensitivitas harga yang relatif lebih minim terhadap perubahan suku bunga atau yield, alhasil, interest rate risk dapat diminimalisir," terangnya.
Di sisi lain, persepsi risiko investasi (Credit Default Swap/CDS) 5 tahun Indonesia mengalami peningkatan. Berdasarkan data World Government Bonds, CDS 5 tahun Indonesia naik 5,78% dalam sepekan ke level 82,51, sehingga mengakumulasi kenaikan 16,71% dalam sebulan.
Baca Juga: Penurunan Yield SUN 10 Tahun Diperkirakan Lebih Terbatas pada 2025
Alavro melihat, peningkatan premi risiko condong disebabkan oleh kinerja mata uang. Rupiah masih belum mengalami penguatan signifikan sedangkan dollar index melemah.
Selain itu, beberapa sentimen eksternal yaitu ketidakpastian kebijakan ekonomi Trump dan sentimen domestik mempengaruhi premi risiko SBN Indonesia.
Namun demikian, Alvaro berpandangan bahwa prospek surat utang Indonesia masih sangat baik mengingat rating BBB dengan outlook stabil dari fitch masih dapat dipertahankan, sehingga dari sisi risiko kredit masih terjaga.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) mengumumkan bahwa mereka akan melakukan pembelian SBN di pasar sekunder untuk menjaga stabilitas yield dan rupiah.
Selanjutnya: Jadwal Buka Puasa Pekanbaru, Senin 17 Maret 2025, Resmi dari Kemenag RI
Menarik Dibaca: Cuaca Besok di Bali Bervariasi, Denpasar Diguyur Hujan pada Malam
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News