kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Yield SBN mencari titik keseimbangan baru


Minggu, 20 Oktober 2013 / 15:39 WIB
Yield SBN mencari titik keseimbangan baru
ILUSTRASI. Promo Indodana di Mister Aladin, Dapatkan Cashback Sampai 50% + Cicilan 0%


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Ekonomi di negara maju ataupun berkembang sedang memasuki fase keseimbangan baru. Saat ini ekonomi dunia harus siap dengan fase perekonomian baru tanpa adanya stimulus program quantitative easing (QE) dari Amerika Serikat (AS).

Dampak dari pengurangan QE itu juga berimbas ke Indonesia, khususnya ke imbal hasil alias yield dari surat berharga negara (SBN), lebih tepatnya lagi SBN bertenor 10 tahun. Lambat laun , SBN ini akan menuju fase baru pula.

Pendapat ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Robert Pakpahan di Jakarta akhir pekan lalu (18/10). Robert bilang, yield nantinya berada di keseimbangan 8%. Level itu ada di kondisi normal, alias tanpa QE.

Yield 8% tersebut terbilang lebih baik jika dibanding kondisi yield sebelum adanya QE, pada tahun 2009 lalu yang mencapai 9%-10%. Kala itu Indonesia belum mendapatkan peringkat Investment Grade. "Makanya sekarang membaik sedikit. Mudah-mudahan di level 8%," ujar Robert.

Kondisi yield pernah turun sampai 7,4%. Hal itu terjadi karena likuiditas masuk ke Indonesia, khususnya di pasar SBN. Penyebabnya adalah, adanya dana masuk setelah Menteri Keuangan Chatib Basri bertemu dengan investor di AS.

Yield SBN, memang bergantung dari data yang keluar dari dalam negeri (internal) dan luar negeri (eksternal). Eksternal dari sisi QE yang pasti akan ditarik. Sedang internal datang dari current account defisit (CAD) atawa defisit transaksi berjalan serta inflasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×