Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Yield obligasi korporasi diprediksi menurun seiring dengan pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, pemangkasan suku bunga berdampak positif terhadap obligasi korporasi karena yield obligasi benchmark turun. Ekspektasi pemotongan suku bunga lanjutan juga menjadi katalis yang bisa meningkatkan penawaran dan permintaan obligasi korporasi ke depannya.
“Kalau obligasi negara yield-nya turun, yield obligasi korporasi juga turun, tentu tergantung rating obligasinya,” ujar David kepada Kontan, Rabu (24/9).
David mengatakan, penurunan yield obligasi korporasi bergantung dengan tenor dan rating (peringkat) obligasi korporasi yang diterbitkan. Besarnya penurunan yield diprediksi sama dengan penurunan yield obligasi pemerintah.
Baca Juga: Pemangkasan Suku Bunga Berpotensi Dorong Kinerja Obligasi Korporasi
“Penurunan mungkin sama saja dengan pergerakan penurunan obligasi negara,” terang David.
David menyebut, obligasi korporasi masih menarik, yield yang ditawarkan masih cukup tinggi, harga stabil, dan potensi capital gain di siklus penurunan suku bunga. Obligasi korporasi berdenominasi rupiah tumbuh 11,2% YoY di 2024 dan per semester I – 2025 dan sudah meningkat 48,31% YoY. Hal itu menunjukkan minat terhadap instrumen obligasi korporasi masih tinggi meski dalam kondisi ketidakpastian global yang tinggi.
Ke depan, David memaparkan sentimen positif obligasi korporasi mencakup kebutuhan refinancing yang cukup tinggi, pemangkasan suku bunga BI dan Fed (menurunkan biaya penerbitan dan premi risiko), pelonggaran moneter dorong leverage korporasi, dan pertumbuhan ekonomi stabil. Namun sentimen negatif datang dari belum pulihnya ekonomi dan perdagangan global yang mempengaruhi ekspektasi kinerja korporasi.
“Prospek return obligasi korporasi masih menjanjikan,” ucap David.
Equity Analyst Indo Premier Sekuritas (IPOT) Imam Gunadi mengatakan, obligasi korporasi umumnya menawarkan kupon yang lebih tinggi dibandingkan SUN. Namun risikonya sangat bergantung pada kualitas kredit penerbit. Maka dari itu, investor perlu memperhatikan rating obligasinya.
Baca Juga: Penerbitan Obligasi Korporasi Ramai di Semester Kedua, Imbal Hasil Masih Menarik
Imam melihat, obligasi dapat digunakan pada jangka waktu apapun. Namun strategi yang diterapkan perlu disesuaikan. Untuk investor dengan horizon jangka pendek, instrumen yang relatif aman adalah obligasi negara tenor pendek atau obligasi korporasi tenor pendek yang dibeli di pasar perdana.
“Dengan strategi buy and hold hingga jatuh tempo, investor dapat mengurangi risiko volatilitas harga di pasar sekunder, dengan catatan penerbit obligasi korporasi harus memiliki kualitas kredit yang solid dan berada pada level investment grade,” ujar Imam.
Sementara bagi investor jangka panjang yang bertransaksi di pasar sekunder, posisi harga obligasi menjadi penting untuk diperhatikan, apakah berada pada level discount, par, atau premium. "Pembelian di level discount atau par akan memberikan peluang yield yang lebih menarik," terang Imam.
Selanjutnya: Pemerintah Putuskan Tarif Listrik PLN Tidak Naik hingga Akhir Tahun
Menarik Dibaca: Apa itu Quiet Covering dalam Dunia Kerja? Sering Dilakukan Gen Z
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News