Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT XL Axiata Tbk (EXCL) menargetkan pertumbuhan pendapatannya di tahun ini bisa sejalan atau di atas target pertumbuhan industri telekomunikasi yang sebesar 4%-5%. Sebagai informasi, sepanjang 2018, perusahaan operator seluler ini mencatatkan pendapatan sebesar Rp 22,94 triliun atau tumbuh 0,4% secara year on year (yoy).
Menurut Presiden Direktur PT XL Axiata Tbk Dian Siswarini, tahun lalu, EXCL menjadi satu-satunya perusahaan yang mencatatkan pertumbuhan di kala pendapatan industri tumbuh negatif 7,4%. Ia optimistis, tahun ini pasar seluler akan mengalami pemulihan terutama dari layanan data karena adanya peningkatan trafik yang cukup kuat. “Di tahun 2019 diperkirakan trafik data akan meningkat 60% dibanding tahun lalu,” kata dia di Jakarta, Senin (29/4).
Perusahaan ini juga menargetkan margin EBITDA-nya akan terus tumbuh. Per 2018, margin EBITDA EXCL adalah sebesar 37%. Untuk tahun ini, perusahaan ini memproyeksikan margin tersebut masih bisa tembus di atas 30%.
Untuk mengejar target tersebut, EXCL bakal terus meningkatkan jaringan 4G di luar Pulau Jawa. Per 2018, jaringan 4G EXCL mencakup lebih dari 80% populasi masyarakat Indonesia. Sementara itu, untuk tahun ini EXCL menargetkan bisa menjangkau 90% dari populasi masyarakat.
Sementara untuk Pulau Jawa, XL bakal fokus melakukan fiberisasi jaringan sebagai persiapan implementasi teknologi 5G.
Direktur Teknologi PT XL Axiata Tbk Yessie Dianty Yosetya mengatakan, tahun ini perusahaannya menargetkan fiberisasi bisa mencapai 30%-35% dari cakupan jaringan 4G XL Axiata. “Dalam tiga tahun kami targetkan untuk mencapai 50%,” ucap Yessie.
Tahun ini, XL Axiata juga akan fokus ke segmen rumah dengan layanan Fiber to the Home (FTTH) dan ke segmen perusahaan dengan layanan Internet of Things (IoT). Emiten ini juga akan terus meningkatkan kemitraan dengan penyedia ponsel pintar untuk mendorong percepatan layanan 4G di kalangan penggunanya melalui bundling produk.
Terkait dengan laba bersih, XL Axiata menargetkan bisa memperoleh keuntungan di tahun ini. Caranya adalah melalui manajemen biaya yang baik. Maklum saja, pada 2018 perusahaan ini mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp 3,3 triliun. Kerugian tersebut adalah akibat depresiasi penonaktifan jaringan 2G.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News