Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Mulai Februari mendatang, jajaran saham-saham terlikuid yang masuk dalam indeks LQ-45 mengalami perubahan. Tiga penguni lama didepak dan digantikan dengan tiga emiten yang baru.
Racikan terbaru Indeks LQ-45 dari Bursa Efek Indonesia (BEI) ini memasukkan tiga penghuni baru yakni PT Hanson International Tbk (MYRX), PT H.M Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Tiga pendatang baru tersebut menggantikan tiga emiten yang terdepak yakni PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON).
BEI mengumumkan, racikan terbaru indeks LQ-45 berlaku selama enam bulan yakni mulai Februari hingga Juli 2016.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan likuiditas suatu saham tidak selamanya disebabkan faktor fundamental yang cukup bagus. Sering juga, suatu saham banyak diperdagangkan karena dipengaruhi oleh isu tertentu atau dipengaruhi oleh aksi korporasi.
"Jadi belum tentu saham yang keluar dari indeks LQ-45 memiliki fundamental yang tidak bagus. Apalagi indeks LQ-45 selalu dievaluasi setiap enam bulan," kata Hans pada KONTAN, Senin (25/1).
Hans melihat, prospek saham WTON masih cukup bagus. Dirinya masih tetap merekomendasikan buy untuk saham anak usaha PT Wijaya Karya tbk (WIKA) tersebut. Menurutnya, prospek saham-saham yang berkaitan dengan infrastruktur masih cerah meningat pemerintah tahun ini masih konsentrasi dalam mengembangkan infrastruktur.
Sedangkan ITMG, menurut Hans, memang wajar jika tidak banyak diperdagangkan. Pasalnya, harga batubara terus merosot terutama di tengah penurunan harga minyak. Tak hanya itu, perlambatan ekonomi Tiongkok juga membuat prospek batubara semakin suram. Maklum, negeri Panda tersebut merupakan konsumen terbesar batubara.
Sementara untuk proyek-proyek pembangkit listrik di Tiongkok, tambah Hans, sudah mulai beralih dari batubara ke energi terbarukan. Oleh karena itu, permintaan batubara akan semakin lesu.
Adapun perdagangan saham EXCL cenderung tidak ramai lantaran pergerakannya yang cukup berfluktuasi karena kinerjanya kurang positif. Menurut Hans, hampir semua saham-saham telekomunikasi mengalami hal yang sama kecuali TLKM.
Lebih lanjut, Hans menilai likuiditas emiten penghuni baru indeks LQ-45 lebih dipengaruhi sentimen tertentu dan aksi korporasi. Saham ANTM, menurutnya, lebih banyak dipengaruhi oleh isu akuisisi Freeport. "ANTM diminta pemerintah mengakuisisi Freeport. Ini yang membuat sahamnya naik," ujar Hans.
Sedangkan likuiditas HSMP meningkat pasca melakukan right issue pada kuartal IV tahun 2015. Adapun kenaikan saham MYRX menurut Hans hanya karena kenaikan sesaat bukan lantaran fundamental yang bagus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News