kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

WIKA dan ADHI incar pinjaman CDB


Rabu, 16 September 2015 / 15:49 WIB
WIKA dan ADHI incar pinjaman CDB


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ramai-ramai melirik kucuran pinjaman dari China Development Bank (CDB). Setelah bank pelat merah, kini giliran BUMN kontruksi, yakni PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) yang akan memperoleh pinjaman dari CDB.

Pinjaman itu dibutuhkan karena dua emiten konstruksi ini berencana menggarap proyek besar dengan nilai jumbo. WIKA membidik pinjaman untuk pengerjaan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa V, di Banten.

PLTU tersebut akan memiliki kapasitas 2x1.000 megaWatt (MW). Adapun investasi yang dibutuhkan sebesar US$ 1,5 juta per MW. Artinya, total proyek tersebut akan bernilai sekitar US$ 3 miliar atau Rp 42 triliun.

“Kami mengajukan ke sana karena dengan ekuitas saja tak cukup,” sebut Suradi, Sekretaris Perusahaan WIKA, kepada KONTAN, Selasa, (15/9).

Meski begitu, WIKA tak akan sendirian mengerjakan proyek tersebut. Nantinya, WIKA akan menggarapnya bersama China Nuclear Engineering Group Corporation Ltd (CNEC) dan PT Sumber Segara Primadaya.

Suradi menekankan bahwa WIKA hanya akan memegang porsi minoritas di sana. Ia menyebut untuk mengerjakan suatu proyek, WIKA menggunakan pendanaan 30% kas internal dan 70% pinjaman.

Ia memperkirakan bahwa perjanjian pengerjaan proyek PLTU itu baru akan berlangsung awal tahun depan. Sehingga kepastian pendanaannya akan selesai di tahun depan.

Adapun ADHI berharap memperoleh pendanaan untuk pengerjaan proyek Light Rail Transit (LRT) sepanjang 83,6 km. Proyek tersebut terdiri dari 2 tahap dengan total 6 lintas pelayanan. Adapun, investasi yang dibutuhkan adalah sekitar Rp 20 triliun.

“Kalau ada pinjaman murah siapa yang tidak mau,” ucap Direktur Utama ADHI Kiswodarmawan, kepada KONTAN, Rabu, (16/9).

Ia mengatakan, bahwa perolehan dana Penawaran Umum terbatas dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue ADHI hanya sekitar Rp 2,75 triliun. Menurut Kiswo, pengerjaan satu layanan dengan raihan dana right issue tak akan mencukupi. Oleh karena itu, ADHI memerlukan pendanaan lain berupa pinjaman.

Tahap I proyek LRT yang ADHI kerjakan adalah jalur Cibubur-Cawang, Bekasi Timur-Cawang, dan Cawang-Dukuh Atas. Pembangunan tahap I itu diperkirakan rampung 2018. Lalu untuk tahap II, ADHI akan melanjutkan jalur Cibubur-Bogor, Dukuh Atas-Palmerah-Senayan, dan Palmerah-Grogol. Pembangunan tahap II akan dikerjakan kuartal keempat 2016 dan rampung akhir 2018.

Meski begitu, ADHI maupun WIKA mengaku belum memiliki komitmen terkait aliran pinjaman CDB tersebut. Sebab ADHI tengah berfokus mengerjakan right issue dan WIKA masih menunggu kepastian Penyertaan Modal Negara (PMN).

Sebelumnya ada tiga bank pelat merah, yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) yang telah melakukan penandatanganan perjanjian untuk memperoleh pinjaman masing-masing US$ 1 miliar dari CDB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×