kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Waspadai pelunasan utang dengan obligasi wajib konversi


Jumat, 20 Juli 2018 / 07:15 WIB
Waspadai pelunasan utang dengan obligasi wajib konversi


Reporter: Dian Sari Pertiwi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tampaknya, sekarang lagi tren perusahaan merestrukturisasi utang dengan cara menukarkan utang tersebut ke saham. Beberapa emiten bahkan menerbitkan saham baru yang kemudian digunakan untuk membayar utang ke kreditur.

Salah satu yang terbaru, PT MNC Investama Tbk (BHIT) berniat menggelar penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu. Saham hasil aksi korporasi ini nantinya akan digunakan sebagai penukar obligasi wajib konversi (OWK) yang dimiliki kreditur.

Selain BHIT, beberapa emiten anggota Grup Bakrie juga melakukan restrukturisasi utang dengan cara serupa. PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) misalnya, tengah merestrukturisasi utang US$ 747 juta melalui penerbitan OWK. Sebelumnya, PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) juga menempuh cara serupa.

Beberapa perusahaan yang akan IPO juga melepas sebagian sahamnya untuk ditukarkan dengan OWK milik kreditur, dan Net TV. Rencananya, dari total Rp 1 triliun yang dibidik Net TV dalam hajatan IPO tahun ini, sekitar Rp 800 miliar adalah alokasi untuk ditukar dengan OWK.

Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menjabarkan, emiten kerap menerbitkan OWK agar kupon bisa berkurang. "Jadi obligasi dengan debt equity swap akan lebih menarik daripada obligasi dengan kupon 8%," papar dia, Kamis (19/7).

Di tengah tren suku bunga yang makin tinggi, OWK juga jadi pilihan murah bagi emiten. "Emiten berusaha mengurangi biaya, sehingga mencari alternatif agar tetap bisa bersaing memperebutkan dana investor," papar Alfred.

Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia Bertoni Rio menilai, aksi konversi saham memang solusi lebih mudah dalam restrukturisasi utang. "Manajemen tidak dibebani biaya bunga, tidak pusing dengan jatuh tempo dan bisa konsentrasi pada kinerja," kata dia.

Cuma, aksi tersebut bisa berpengaruh pada investasi investor. Aksi restrukturisasi ini akan memengaruhi kepemilikan publik. Sebab, dengan penerbitan saham baru, ada potensi saham publik terdilusi. Selain itu, investor perlu mewaspadai perubahan kebijakan arah bisnis perusahaan bila kreditur lantas menjadi pemegang saham mayoritas akibat aksi korporasi ini.

Dampak terbatas

Menurut Bertoni, investor juga perlu mewaspadai kemungkinan emiten melakukan aksi penggabungan nilai nominal saham alias reverse stocks, jika harga saham tak sesuai ekspektasi kreditur. Maklum, bisa jadi kreditur pemegang OWK berniat melepas saham di pasar untuk mencari gain dari harga.

Tapi, menurut Alfred, aksi konversi saham tidak berpengaruh banyak terhadap pergerakan harga saham. Memang hal ini akan membuat likuiditas semakin tinggi karena pertambahan saham baru. Namun, pergerakan harga saham tetap dipengaruhi oleh fundamental perusahaan. "Substansi penerbitan OWK adalah tujuan penggunaan dananya," ujar Alfred.

Tujuan penggunaan dana ini yang bisa berimbas pada kinerja emiten yang melakukan restrukturisasi utang. Jika kinerja fundamental kurang bagus, bisa saja kreditur melepas sahamnya setelah melakukan konversi.

Itu sebabnya, Alfred menyarankan investor memperhatikan penggunaan dana dari hasil restrukturisasi yang dilakukan. Selama dana digunakan untuk ekspansi dan berhasil, maka dampaknya pada perusahaan positif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×