Reporter: Nur Qolbi | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor bursa efek perlu mewaspadai September Effect. Meski demikian, saat September Effect terjadi, investor bisa meraih cuan dengan membeli sejumlah saham rekomendasi para analis berikut ini.
September effect adalah periode yang dianggap sebagai bulan buruk bagi bursa saham. Pasalnya, terjadi tren penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada bulan ini sehingga disebut sebagai September Effect maupun September Kelabu.
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengamini hal tersebut. Menurut dia, jika melihat siklus setiap tahunnya, memang terdapat koreksi yang cukup besar di IHSG pada bulan September.
Ia memprediksi, September Effect juga akan terjadi pada tahun ini seiring dengan kurangnya sentimen positif di bursa saham. "Kemungkinan akan terjadi di minggu kedua sampai ketiga bulan September dengan bottom IHSG di area 5.920," kata Chris saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (5/9).
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana sejak awal tahun juga sudah memperkirakan bahwa akan terjadi koreksi IHSG pada bulan September-Oktober. Menurut prediksinya, bottom IHSG akan berada pada kisaran 5.500-5.850.
Sementara itu, Analis Panin Sekuritas William Hartanto melihat, September Effect kemungkinan akan terjadi, tetapi dengan penurunan yang terbatas. Pasalnya, bursa saham memiliki sentimen positif seiring ditundanya kebijakan tapering off oleh bank sentral Amerika Serikat. "Untuk sekarang, IHSG sedang bergerak konsolidasi di area 6.000 - 6.172," kata William.
Baca Juga: IHSG diprediksi bergerak sideways pekan depan, cermati sentimen yang membayangi
Meskipun begitu, ketiga analis ini sepakat, momentum penurunan IHSG di bulan September dapat menjadi kesempatan bagi investor untuk mengoleksi sejumlah saham. William sendiri menyarankan investor untuk melakukan buy on weakness setiap ada pelemahan di bursa saham.
Rekomendasi saham saat September effect
Menurut dia, rekomendasi saham pilihan kala September effect terjadi adalah saham-saham pertambangan batubara. Rekomendasi saham tersebut antara lain dari PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Indika Energy Tbk (INDY), dan PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), serta saham properti seperti PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dapat menjadi pilihan untuk dikoleksi.
Alasannya, saham-saham batubara masih sideways, sementara saham properti secara teknikal sudah berada di area jenuh jual. "Investor bisa beli saham-saham tersebut pada harga saat ini. Target harga untuk ADRO berada di level Rp 1.600 per saham, INDY Rp 1.710, DOID Rp 340, SMRA Rp 950, dan BSDE Rp 1.015 per saham," tutur William.
Meskipun begitu, William menyarankan pelaku pasar untuk tidak membelinya secara agresif, melainkan cicil beli terlebih dahulu. Pasalnya, jika melihat siklus tahunan, ada momentum pelemahan pasar lainnya yang biasanya terjadi di bulan November.
Selanjutnya: Saham big cap, Jumat (3/9): IHSG hijau, UNVR naik 3 hari, DCII, TPIA turun 3 hari
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News