Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten BUMN karya turun pada semester pertama 2020. Pandemi corona menyebabkan sejumlah kontrak tertunda dan pengerjaan proyek mundur sehingga pendapatan turun. Bahkan, laba bersih emiten BUMN karya merosot.
PT Waskita Karya Tbk (WSKT) melaporkan pendapatan tertinggi di semester pertama 2020 jika dibandingkan dengan emiten BUMN konstruksi di tengah pandemi corona. Tapi, Waskita juga mencatat penurunan pendapatan paling dalam di antara empat emiten BUMN ini.
Berikut pendapatan empat BUMN karya di semester pertama 2020:
Pendapatan | Semester I-2020 | Semester I-2019 | % |
Waskita Karya (WSKT) | Rp 8,04 triliun | Rp 14,79 triliun | -45,64% |
Adhi Karya (ADHI) | Rp 5,53 triliun | Rp 5,43 triliun | 1,84% |
PT PP (PTPP) | Rp 6,75 triliun | Rp 10,64 triliun | -36,56% |
Wijaya Karya (WIKA) | Rp 7,13 triliun | Rp 11,36 triliun | -37,24% |
Bottom line alias laba bersih empat emiten ini turun lebih dalam. Bahkan, Waskita mencatat rugi bersih Rp 1,09 triliun pada enam bulan pertama tahun ini. Padahal semester pertama tahun lalu WSKT masih mencatat laba bersih Rp 997,82 miliar.
Baca Juga: Waskita Toll Road berikan pinjaman pada anak usahanya sebesar Rp 257,47 miliar
Berikut laba/rugi empat BUMN karya di semester pertama 2020:
Laba bersih | Semester I-2020 | Semester I-2019 | % |
WSKT | (Rp 1,09 triliun) | Rp 997,82 miliar | - |
ADHI | Rp 11,27 miliar | Rp 215 miliar | -94,71% |
PTPP | Rp 15,94 miliar | Rp 343,72 miliar | -95,36% |
WIKA | Rp 250,41 miliar | Rp 890,88 miliar | -71,89% |
Upaya Waskita
Direktur Keuangan Waskita Karya Taufik Hendra Kusuma mengungkapkan bahwa kerugian tersebut lebih disebabkan beban bunga investasi jalan tol yang besar. Taufik mengatakan, siklus bisnis jalan tol itu memang di awal masa operasi akan mencatatkan loss (rugi), karena lalu lintas harian rata-rata (LHR) masih rendah dan bunga pinjaman mulai dibebankan. "Selain upaya peningkatan realisasi LHR, strategi divestasi ruas tol yang sudah beroperasi kepada investor merupakan upaya yang sedang dilakukan agar beban keuangan menurun," ungkap Taufik dalam siaran pers, Minggu (6/9).
Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) catatkan arus kas positif hingga Rp 1,7 triliun di semester I
Taufik optimistis bahwa kinerja tahun depan akan lebih baik seiring dengan proses divestasi jalan tol yang dimiliki Waskita Karya. WSKT memegang kepemilikan atas 16 ruas jalan tol dengan total investasi Rp 150 triliun dan saat ini dalam proses divestasi beberapa ruas tol kepada investor, antara lain ruas Bekasi - Cawang - Kampung Melayu, Cibitung - Cilincing, serta ruas Trans Jawa yaitu Kanci - Pejagan dan Pejagan - Pemalang.
Pada 31 Agustus 2020, anak perusahaan WSKT di bidang jalan tol yaitu PT Waskita Toll Road (WTR) menandatangani Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) untuk pelepasan 30% kepemilikan pada ruas Bekasi - Cawang - Kampung Melayu dengan nilai transaksi sebesar Rp 550 miliar. "Kami targetkan finalisasi transaksi di September atau Oktober tahun ini," ujar Taufik.
Taufik menjelaskan bahwa apabila seluruh program divestasi tol tahun ini berjalan lancar, WSKT diperkirakan akan dapat mengurangi utang sekitar Rp 20 triliun-21 triliun. "Transaksi divestasi ruas tol itu membutuhkan waktu. Prosesnya bisa mencapai lebih dari 6 bulan karena investor harus melakukan due diligence dan ada persyaratan governance yang harus dipenuhi," kata Taufik.
Selanjutnya: Pendapatan tertinggi di antara BUMN karya, Waskita Karya (WSKT) justru merugi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News