Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Indeks utama Wall Street terkoreksi di akhir perdagangan Senin (26/6), karena investor hati-hati bertaruh pada aset berisiko sebelum melihat hasil pemberontakan di Rusia yang dibatalkan.
Pemberontakan oleh tentara bayaran Rusia menimbulkan pertanyaan tentang masa depan Presiden Vladimir Putin.
Putin pada Senin mengucapkan terima kasih kepada tentara bayaran dan komandan yang mundur untuk menghindari pertumpahan darah. Namun, Departemen Luar Negeri AS mengatakan situasi di Rusia tetap dinamis.
Mengutip Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average turun 12,72 poin atau 0,04% ke level 33.714,71, S&P 500 turun 19,51 poin, atau 0,45% ke level 4.328,82, dan Nasdaq Composite turun 156,74 poin, atau 1,16% ke level 13.335,78.
Baca Juga: Wall Street: S&P 500 dan Nasdaq Naik, Mengabaikan Ketidakpastian Geopolitik
Saham pertumbuhan dengan bobot terbesar seperti Meta Platforms Inc, Alphabet Inc dan Tesla Inc turun tajam.
Saham Alphabet turun 3,3% setelah UBS menurunkan peringkat saham menjadi netral, sementara Tesla merosot 6% setelah Goldman Sachs memangkas peringkat menjadi netral.
Sektor energi naik 2,2%, memimpin kenaikan indeks bechmark karena harga minyak naik. Sementara investor menyeimbangkan kekhawatiran tentang pertumbuhan permintaan global terhadap gangguan pasokan yang akan datang yang dapat memburuk dengan ketidakstabilan politik di Rusia.
Volume perdagangan saham di bursa AS mencapai 9,28 miliar saham dengan rata-rata 11,62 miliar dalam 20 hari perdagangan terakhir.
Pekan lalu, saham AS tergagap setelah reli baru-baru ini, indeks Nasdaq menghentikan kenaikan beruntun delapan minggu setelah Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengisyaratkan mungkin ada lebih banyak kenaikan suku bunga ke depan.
"Rasanya belum semuanya jelas," kata Carol Schleif, kepala investasi di kantor keluarga BMO di Minneapolis, mengacu pada Rusia.
"Tidak ada yang tahu seperti apa struktur kekuatan tertinggi di Rusia nantinya."
"Pedagang mengalami kesulitan hari ini untuk mencari tahu apakah mereka ingin menjadi ofensif atau defensif. Mereka tidak tahu ke arah mana pasar akan bergerak," katanya.
Baca Juga: Wall Street Dibuka Beragam Senin (26/6), Masih Dibayangi Kekhawatiran Suku Bunga
Ditambah lagi, pekan ini merupakan pekan terakhir kuartal kedua, atau beberapa minggu sebelum musim laporan keuangan. Hal ini mendorong aksi ambil untung saham-saham pertumbuhan.
Pekan ini, sejumlah data ekonomi termasuk pengukur inflasi utama, barang tahan lama dan indeks sentimen konsumen University of Michigan akan dirilis. Selain itu, investor juga menanti pidato dari Powell yang dapat menyoroti rencana kenaikan suku bunga Fed.
Menurut Fedwatch CMEGroup, sebagian besar pembuat kebijakan memperkirakan setidaknya ada dua kenaikan suku bunga sebesar 25 bps lagi dalam akhir tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News