kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.884.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.210   0,00   0,00%
  • IDX 6.897   65,26   0,96%
  • KOMPAS100 1.002   13,05   1,32%
  • LQ45 771   10,32   1,36%
  • ISSI 224   1,60   0,72%
  • IDX30 397   5,48   1,40%
  • IDXHIDIV20 461   5,31   1,16%
  • IDX80 113   1,46   1,31%
  • IDXV30 113   0,44   0,39%
  • IDXQ30 129   1,86   1,47%

Wall Street tumbang setelah pemecatan menlu AS


Rabu, 14 Maret 2018 / 06:29 WIB
Wall Street tumbang setelah pemecatan menlu AS
ILUSTRASI. Bursa AS


Sumber: CNBC,Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Volatilitas pasar saham masih berlanjut. Selasa (13/3), Wall Street rontok setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memecat Menteri Luar Negeri Rex Tillerson dan menggantinya dengan Mike Pompeo yang menjabat sebagai Direktur CIA.

Dow Jones Industrial Average turup dengan penurunan 171,58 poin atau 0,68% ke 25.007,03. Indeks S&P 500 pun turun 0,64% ke 2.765,31. Nasdaq bahkan mengakhiri rally kenaikan beberapa hari terakhir dengan penurunan hingga 1,02% ke 7.511,01.

Pada indeks S&P 500, saham Qualcomm menjadi saham dengan kinerja terburuk. Saham ini merosot hingga 5%. Penurunan tajam saham Qualcomm terjadi setelah Trump menolak perizinan akuisisi pembelian oleh Broadcom dengan alasan kemanan negara. Kedua perusahaan diperintahkan menghentikan kesepakatan segera.

"Kekhawatiran yang muncul dengan dipecatnya Tillerson dan penolakan Broadcom adalah, ini akan menyulutkan perang melawan China dalam rentang waktu 12-18 bulan ke depan," kata Dan Ives, head of technology research GBH Insight dalam catatan yang dikutip CNBC.

John Carey, portfolio manager Amundi Pioneer Asset Management mengatakan, ketika ada perubahan, investor akan sibuk. "Investor perlu menghitung ulang implikasi perubahan yang terjadi," kata dia kepada Reuters.

Trump menargetkan total tarif impor dari China hingga US$ 60 miliar. Untuk mengejar target ini, sumber Reuters mengatakan, Trump akan mengejar sektor teknologi dan telekomunikasi.

Sumber lain mengatakan, di luar sektor yang memang banyak masuk ke AS tersebut, penerapan tarif impor bagi China akan lebih luas, bahkan bisa mencapai 100 produk.

"Sektor teknologi sebelumnya telah rally kencang dan kini ada profit taking. Tapi ini hanya tekanan jangka pendek," kata Ken Polcari, Direktur O'Neil Securities.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×