Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
NEW YORK. Mayoritas saham yang diperdagangkan di bursa AS dilanda aksi jual tadi malam. Pada pukul 16.00 waktu New York, indeks Standard & Poor's 500 turun 2,4% menjadi 1.394,59. Sedangkan indeks Dow Jones melorot 2,36% menjadi 12.932,70.
Selain itu, sepuluh sektor yang terhimpun dalam indeks S&P 500 memerah. Adapun sektor dengan penurunan paling dalam dialami oleh sektor finansial, energi, dan teknologi.
Aksi lepas saham yang melanda Wall Street tersebut merupakan yang terbesar sejak Juni 2012. Salah satu penyebabnya, investor saat ini lebih fokus kepada debat anggaran dan nasib penanganan krisis utang Eropa setelah Presiden AS Barack Obama terpilih kembali.
""Segala sesuatunya akan sangat buruk. Perdebatan mengenai fiscal cliff akan meninggalkan banyak sekali memar-memar di sepanjang perjalanan. Untuk sampai ke sana, jalannya belum lancar," jelas James Dunigan, chief investment officer PNC Wealth Management.
Sekadar informasi, Obama berhasil mengalahkan pesaingnya dari Partai Republik, Mitt Romney. Obama mendapatkan 303 electoral votes, sedangkan Romney 206. Partai Republik tetap menjadi mayoritas di House of Representatives. Sedangkan Demokrat menguasai kontrol Senat.
Kemenangan Obama itu memicu spekulasi bahwa penentu kebijakan akan menambah stimulus ke dalam sistem perekonomian AS. Selain itu, fokus investor saat ini juga beralih kepada kenaikan pajak senilai US$ 607 miliar dan pemangkasan anggaran pemerintah federal yang akan dimulai pada Januari, yang kerap dinamakan fiscal cliff. Congressional Budget Office sebelumnya telah menegaskan perekonomian AS akan melambat sebesar 0,5% tahun depan jika Kongres gagal memperbaiki kondisi ekonomi setelah kenaikan pajak diberlakukan.
Mata investor juga tertuju kepada perkembangan terakhir upaya penanganan krisis di Eropa. Di Yunani, polisi harus menembakkan gas air mata dan water cannon untuk membuba rkan massa yang berdemo di depan gedung parlemen saat Perdana Menteri Antonis Samaras berjuang untuk mendapatkan persetujuan atas kebijakan penghematan anggaran. Di sisi lain, Presiden bank Sentral Eropa bilang, risiko inflasi sangat rendah dan krisis utang mulai menjangkiti Jerman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News