Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street ditutup turun pada perdagangan Rabu (29/5). Semalam, Dow Jones Industrial Average turun 0,87% ke 25.126,41.
Indeks S&P 500 turun 0,69% ke 2.783,02. Sedangkan Nasdaq Composite turun 0,79% ke 7.547,31.
Kekhawatiran eskalasi perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China bakal memangkas pertumbuhan ekonomi global menjadi pemberat pasar saham di pertengahan pekan ini. Para investor terus memburu safe haven berupa obligasi pemerintah.
Yield obligasi Jerman bahkan mencapai level rekor terendah pada -0,2%. Ketika banyak permintaan, harga obligasi menguat dan yield obligasi menurun. Yield US Treasury bertenor 10 tahun pun turun ke level terendah dalam 20 bulan terakhir. Sebulan ini, yield US Treasury turun hampir 30 basis point.
Bahkan, yield US Treasury bertenor 10 tahun ini lebih rendah 10 basis point daripada tenor tiga bulan. Inversi yield ini seringkali menjadi indikator utama resesi. Inversi yield ini merupakan inversi paling dalam sekitar 12 tahun terakhir.
Surat kabar di China memperingatkan bahwa China bisa menggunakan rare earth terhadap AS setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa dia tidak siap mencapai kesepakatan dengan China. Asal tahu saja, China merupakan pemasok 80% impor tanah jarang AS antara tahun 2014-2017.
Prospek ini makin menekan tensi kedua negara di tengah kemungkinan Eropa dan Jepang ikut terbawa pada perang dagang. Apalagi, data pertumbuhan manufaktur AS turun ke level terendah dalam 10 tahun terakhir.
Justin Onuekwusi, fund manager Legal & General Investment Management mengatakan, putaran kenaikan tarif selanjutnya akan berisiko menimbulkan resesi di AS. "Pasar mengkalkulasi dampak kenaikan tarif selanjutnya. Makin rendah outlook pertumbuhan, akan makin negatif shock akibat perang dagang dan bantalan proteksi tidak akan sebaik 8-9 bulan lalu," kata dia kepada Reuters.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News