kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Perbaikan kinerja reksadana saham masih terganjal sentimen perang dagang


Rabu, 29 Mei 2019 / 19:35 WIB
Perbaikan kinerja reksadana saham masih terganjal sentimen perang dagang


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menghijau. Kinerja indeks reksadana saham sedikit membaik meski tetap catatkan kinerja minus. Namun, sejumlah sentimen negatif dari perang dagang AS dan China masih menghantui kinerja indeks reksadana saham.

Berdasarkan data RTI, IHSG tercatat menguat 2,77% sepekan kemarin. Indeks reksadana saham yang tercermin dalam Infovesta Equity Fund Indeks juga tercatat tumbuh sebesar 2,92% terhitung sejak 17 Mei hingga 24 mei.

Namun, Head of Research & Consulting Service Infovesta Utama Edbert Suryajaya mengatakan kinerja pasar saham yang membaik ini belum bisa dikonfirmasi sebagai sinyal kuat bahwa kinerja pasar saham akan terus menguat secara konsisten ke depannya. 

Kinerja IHSG termasuk cepat pulih menurut Edbert karena faktor teknikal yang mendukung terjadinya rebound, tetapi ia belum bisa memastikan rebound ini akan berlanjut atau kembali terkoreksi.

Lebih lanjut, Edbert mengatakan kinerja IHSG saat ini masih banyak menerima sentimen negatif yang sifatnya non fundamental, seperti semakin memanaskan perang dagang AS dan China.

"Belum ada titik cerah yang terlihat dari persoalan perang dagang AS dan China, isu mengenai hal ini bisa saja direspon negatif oleh pelaku pasar," kata Edbert, Rabu (29/5).

Sementara, Jemmy Paul Wawointana, Plt CEO Sucorinvest Asset Management mengatakan kondisi panasnya politik di dalam negeri yang sudah mereda membuat kinerja IHSG membaik. Selain itu, efek rebalancing daftar saham untuk MSCI Asia Pasific juga sudah selesai dan pasar saham kembali menghijau.

Senada, Senior VP & Head of Investment Recapital Asset Management Rio Ariansyah mengatakan potensi penguatan kinerja IHSG ada, tetapi terbatas. "Sentimen perang dagang AS dan China belum berakhir ini yang masih bikin pelaku pasar harus waspada, meski saat ini IHSG menghijau," kata Rio. 

Ditambah jelang libur Lebaran ada potensi pelaku pasar melakukan aksi ambil untung, sehingga penguatan IHSG cenderung terbatas.

Di tengah kondisi ini, Edbert mengatakan pelaku pasar cenderung masih berhati-hati. Bagi investor yang ingin masuk di saat harga terkoreksi ini saat yang tepat, tetapi bagi investor yang memiliki dana terbatas, lebih baik menunggu pembalikan arah kondisi pasar yang lebih pasti.

"Sentimen perang dagang AS dan China tidak dapat diprediksi kapan situasinya akan membaik atau memburuk dan membawa skala pengaruh yang sebesar besar," kata Edbert.

Jemmy menambahkan, tantangan pasar saham ke depan kembali lagi pada kondisi makro ekonomi Indonesia dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Selain itu, yang dikhawatirkan pelaku pasar adalah jika kondisi politik dalam negeri kembali memanas dan neraca perdagangan defisit.

Di akhir tahun, Jemmy masih optimistis pada kinerja IHSG yang bisa tumbuh ke 6.800. Saat ini Jemmy fokus mengalokasikan dana kelolaan reksadana ke saham sektor perbankan dan konsumer karena valuasi yang saat ini masih murah seperti PT Gudang Garam Tbk, (GGRM) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)

Sementara, Rio memproyeksikan IHSG bisa tumbuh ke level 6.500 dengan melihat potensial upside yang cukup besar dari saham di sektor consumer, telekomunikasi dan rokok.

Namun, untuk proyeksi IHSG di akhir tahun Infovesta Utama belum mengubah target moderatnya, bahwa IHSG bisa tumbuh ke level 6.600.

Dalam waktu dekat ini setelah masa Lebaran, Edbert mengatakan kinerja pasar saham berpotensi rally jika mengacu pada data historis. 

Namun, kondisi di tiap tahunnya memang berbeda dan Edbert menilai tahun ini kondisinya lebih pelik karena ada sentimen tensi perang dagang AS dan China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×