Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street ditutup melemah tajam di tengah kekhawatiran bahwa keagresifan Federal Reserve melawan inflasi dapat melumpuhkan ekonomi Amerika Serikat (AS). Tekanan bertambah karena investor khawatir tentang kekalahan di mata uang global dan pasar utang.
Kamis (29/9), indeks S&P 500 ditutup anjlok 2,11% ke 3.640,47, indeks Nasdaq Composite ambles 2,84% menjadi 10.737,51 dan indeks Dow Jones Industrial Average turun 1,54% ke 29.225,61 poin.
Pada sesi ini, seluruh sektor pada indeks S&P 500 turun. Pelemahan terdalam dicetak sektor utilitas yang ambles 4,06%, diikuti oleh sektor konsumen yang anjlok 3,37%.
Indeks S&P 500 pun menyentuh posisi terendah yang terakhir terlihat pada November 2020. Saat ini, indeks S&P 500 sudah melemah lebih dari 8% pada September, dan berada di jalur untuk kinerja bulan September terburuk sejak 2008.
Kinerja pasar saham AS di sesi ini mendapat terseret oleh saham emiten kelas berat pada sektor teknologi. Di mana, Apple Inc dan Nvidia Corp yang merosot lebih dari 4%. Alhasil, indeks Nasdaq pun merosot mendekati level terendah di tahun 2022, yang ditetapkan pada pertengahan Juni lalu.
Baca Juga: Wall Street Tumbang Saat Data Ketenagakerjaan AS Menguat
Pada sesi ini, aksi jual pada pasar obligasi AS berlanjut karena pejabat The Fed tidak memberikan indikasi bahwa bank sentral akan memoderasi atau mengubah rencananya untuk secara agresif menaikkan suku bunga untuk menurunkan inflasi yang tinggi.
Presiden The Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan, dia tidak melihat tekanan di pasar keuangan AS yang akan mengubah kebijakan bank sentral untuk menurunkan inflasi melalui kenaikan suku bunga yang telah membawa suku bunga The Fed ke kisaran 3,0% hingga 3,25%.
Kekhawatiran pasar bertambah karena data terbaru menunjukkan jumlah orang AS yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun ke level terendah dalam lima bulan di pekan lalu. Ini menunjukkan, pasar tenaga kerja tetap tangguh meskipun The Fed menaikkan suku bunga secara agresif.
"Kabar baik adalah berita buruk karena angka pekerjaan hari ini kembali menegaskan bahwa perjalanan The Fed masih panjang," kata Phil Blancato, Head of Ladenburg Thalmann Asset Management di New York.
"Ketakutan di pasar adalah bahwa The Fed akan mendorong kita ke dalam resesi yang sangat dalam, yang akan menyebabkan resesi pendapatan, itulah sebabnya pasar menjual."
Saham yang paling banyak diperdagangkan di S&P 500 adalah Tesla Inc, dengan saham senilai US$ 20,8 miliar dipertukarkan selama sesi tersebut. Saham Tesla pun turun 6,8%.
Sejalan, saham Meta Platforms pun ditutup melemah 3,7% setelah Bloomberg melaporkan pemilik Facebook membekukan perekrutan dan memperingatkan karyawan akan lebih banyak perampingan yang akan datang.
Baca Juga: Bank of England Memicu Reli Saham hingga Obligasi Global
Saham CarMax Inc merosot hampir 25% setelah pengecer mobil bekas meleset dari ekspektasi untuk hasil kuartal kedua, dirugikan oleh konsumen yang memotong pengeluaran di tengah inflasi, kenaikan suku bunga dan harga mobil yang lebih tinggi.
Setali tiga uang, saham General Motors Co dan Ford Motor Co juga jatuh, masing-masing masing-masing turun lebih dari 5%.
Saham maskapai penerbangan dan operator pelayaran juga jatuh pada perjalanan yang dibatalkan atau ditunda setelah Badai Ian menghantam Pantai Teluk Florida dengan kekuatan bencana. Di mana saham American Airlines, United Airlines Holdings dan Delta Air Lines, masing-masing turun lebih dari 2%.
Operator kapal pesiar Norwegian Cruise Line Holdings Ltd ambles 5,3% dan Carnival Corp anjlok 6,8%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News