Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Pada Rabu (23/10), indeks utama Wall Street turun dipicu oleh kekhawatiran akan kebijakan The Fed yang mungkin tidak se-dovish perkiraan.
Kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) juga turut menekan pasar. Sementara saham McDonald's dan Coca-Cola mengalami penurunan, menambah beban bagi investor.
Mengutip Reuters, pukul 09.54 waktu setempat, Indeks Dow Jones Industrial Average turun 246,59 poin (0,57%) menjadi 42.678,30, S&P 500 turun 20,11 poin (0,34%) menjadi 5.831,09, dan Nasdaq Composite turun 87,92 poin (0,47%) menjadi 18.485,21.
Baca Juga: Wall Street Dibuka Turun Rabu (23/10), Tertekan Kenaikan Yield US Treasury
Imbal hasil obligasi AS mencapai level tertinggi dalam tiga bulan, memengaruhi saham karena pasar mulai mempertimbangkan kemungkinan penurunan suku bunga yang lebih kecil dalam beberapa bulan mendatang di tengah data ekonomi yang kuat.
"Saat imbal hasil obligasi 10-tahun mencapai 4,25%, hal ini memperlambat reli pasar saham. Orang-orang mulai merasa sedikit gugup," ujar Robert Pavlik, Senior Portfolio Nanager di Dakota Wealth.
Ia juga menambahkan bahwa reli pasar baru-baru ini turut berkontribusi pada penurunan yang terjadi.
Saham pertumbuhan yang sensitif terhadap suku bunga mengalami penurunan, dengan Nvidia turun 1,8% dan Apple turun 0,5%, sehingga menarik sektor teknologi informasi turun 0,6%.
Baca Juga: Saham McDonald's Anjlok Akibat Wabah E. Coli pada Quarter Pounder, 1 Orang Meninggal
Di antara indeks utama, Dow Jones mengalami penurunan paling besar, terutama dipengaruhi oleh saham McDonald's yang turun 6,1% setelah insiden infeksi E. coli terkait hamburger Quarter Pounder yang menyebabkan satu kematian dan beberapa orang sakit. Sektor konsumen discretionary secara keseluruhan turun 0,7%.
Sementara itu, saham Coca-Cola turun 2,7% meskipun perusahaan tersebut mempertahankan perkiraan pertumbuhan laba tahunan meskipun ada proyeksi peningkatan pendapatan.
Saham Boeing sempat naik 0,6% dalam perdagangan yang fluktuatif meski perusahaan melaporkan kerugian kuartal ketiga sebesar US$6 miliar akibat mogok kerja yang berkepanjangan.
Pasar saham AS saat ini mendekati level tertinggi sepanjang masa, namun kombinasi dari laporan pendapatan, perubahan prospek kebijakan moneter, serta pemilihan presiden yang akan datang dapat menguji keberlanjutan reli baru-baru ini dan memicu volatilitas pasar.
Investor juga mulai memperhatikan kemungkinan kembalinya pemerintahan Donald Trump. Jika terpilih kembali, kebijakan belanja dan penerapan tarif Trump diperkirakan akan meningkatkan defisit fiskal AS serta inflasi.
Baca Juga: Wall Street Beragam, Investor Mencermati Laporan Pendapatan dan Yield US Treasury
Dari sekitar 24% perusahaan di S&P 500 yang telah melaporkan kinerja keuangan, 83% di antaranya melampaui perkiraan laba, menurut data LSEG.
Laporan Beige Book dan komentar dari pejabat The Fed, Thomas Barkin, juga menjadi sorotan.
Pergerakan saham lainnya
Saham Starbucks turun sedikit setelah perusahaan tersebut menangguhkan proyeksi tahunan dan melaporkan penurunan pendapatan serta laba pada hasil sementara kuartal keempatnya.
Sementara itu, perusahaan semikonduktor Texas Instruments naik 4% setelah laba kuartal ketiganya melampaui perkiraan, dan AT&T naik 1% setelah melaporkan peningkatan jumlah pelanggan nirkabel yang lebih tinggi dari ekspektasi pada kuartal ketiga.
Namun, saham Qualcomm turun 2,7% setelah laporan bahwa Arm Holdings membatalkan lisensi Qualcomm untuk menggunakan kekayaan intelektualnya dalam merancang chip.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News