kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Wall Street Mengakhiri 2022 Dengan Penurunan Tahunan Terbesar Sejak 2008


Senin, 02 Januari 2023 / 05:08 WIB
Wall Street Mengakhiri 2022 Dengan Penurunan Tahunan Terbesar Sejak 2008
ILUSTRASI. Wall Street menutup tahun 2022 dengan penurunan pada Jumat (30/12).


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street menutup tahun 2022 dengan penurunan pada Jumat (30/12). Pasar saham Amerika Serikat (AS) menutup tahun penurunan tajam yang didorong oleh kenaikan suku bunga yang agresif untuk mengekang inflasi, kekhawatiran resesi, perang Rusia-Ukraina, dan meningkatnya kekhawatiran atas kasus Covid-19 di China.

Tiga indeks utama Wall Street membukukan penurunan tahunan pertama mereka sejak 2018. Era kebijakan moneter yang longgar berakhir dengan laju kenaikan suku bunga tercepat Federal Reserve sejak 1980-an.

Indeks acuan S&P 500 telah turun 19,4% di tahun 2022. Penurunan dobel digit ini menandai penurunan kapitalisasi pasar sekitar US$ 8 triliun. Nasdaq yang padat teknologi turun 33,1% sepanjang tahun lalu. Sedangkan Dow Jones Industrial Average turun 8,9% pada 2022.

Persentase penurunan tahunan untuk ketiga indeks adalah yang terbesar sejak krisis keuangan 2008. Penurunan pasar saham sebagian besar didorong oleh penurunan growth stock karena kekhawatiran atas kenaikan suku bunga Fed yang cepat meningkatkan imbal hasil US Treasury.

"Alasan makro utama berasal dari kombinasi peristiwa: gangguan rantai pasokan yang sedang berlangsung yang dimulai pada tahun 2020, lonjakan inflasi, keterlambatan The Fed memulai program pengetatan suku bunga dalam upaya untuk menahan inflasi," kata Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA Research kepada Reuters.

Baca Juga: Pergerakan IHSG Menanti January Effect

Stovall juga mengutip indikator ekonomi yang menunjukkan resesi, ketegangan geopolitik termasuk perang Ukraina, dan kasus Covid China yang melonjak serta ketidakpastian atas Taiwan.

Growth stock telah berada di bawah tekanan dari kenaikan yield surat utang selama sebagian besar tahun 2022. Saham-saham yang masuk kategori ini berkinerja buruk dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang terkait secara ekonomi (value stock), membalikkan tren yang telah berlangsung selama sebagian besar dekade terakhir.

Harga saham Apple Inc, Alphabet Inc, Microsoft Corp, Nvidia Corp, Amazon.com Inc, Tesla Inc termasuk di antara penghambat terburuk pada indeks pertumbuhan S&P 500. Harga saham-saham teknologi ini turun antara 28% dan 66% pada tahun 2022.

S&P 500 growth index telah turun sekitar 30,1% tahun ini. Sedangkan value index turun 7,4%. Investor lebih memilih sektor yang menghasilkan dividen tinggi dengan pendapatan stabil seperti energi.

Sektor energi telah mencatat keuntungan tahunan sebesar 59% karena harga minyak melonjak.

Baca Juga: PPKM Dicabut, IHSG Berpotensi Menguat di Hari Pertama Perdagangan 2023, Senin (2/1)

Fokus pasar kini bergeser ke prospek pendapatan perusahaan 2023, dengan meningkatnya kekhawatiran tentang kemungkinan resesi. Tapi tanda-tanda ketahanan ekonomi AS telah memicu kekhawatiran bahwa suku bunga bisa tetap lebih tinggi. Di sisi lain, berkurangnya tekanan inflasi telah meningkatkan harapan akan kenaikan suku bunga yang melambat.

Pelaku pasar uang melihat peluang 65% dari kenaikan 25 basis poin dalam pertemuan Fed Februari. Suku bunga diperkirakan akan mencapai puncaknya pada 4,97% di pertengahan 2023.

Pada perdagangan terakhir 2022, Dow Jones Industrial Average turun 73,55 poin atau 0,22% menjadi 33.147,25. Indeks S&P 500 kehilangan 9,78 poin atau 0,25% ke 3.839,50. Nasdaq Composite turun 11,61 poin atau 0,11% menjadi 10.466,48.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×