Reporter: Dyah Megasari, Bloomberg |
NEW YORK. Pemilik modal masih belum memiliki keberanian membelanjakan dananya di pasar efek secara total. Kondisi ini terlihat jelas di bursa Wall Street. Di awal transaksi, yakni pukul 10:00 waktu setempat, tiga tim Wall Street sudah babak belur dihajar aksi jual.
Bursa memanas, hingga indeks S&P 500 mencatat penurunan terbesar bulanan sejak September 2011. S&P 500 mundur 8,16 poin atau 0,62% ke 1.305,16. Indeks dibuat kecewa oleh perkembangan ekonomi global. Sejumlah saham terjun bebas dari posisi penutupan sehari sebelumnya.
Di antaranya adalah perusahaan peralatan tambang Joy Global inc, yang sudah terjerembap 7,7%. Saham langsung ditinggalkan investor setelah Joy memangkas estimasi pendapatan lantaran perekonomian makin tak pasti. Kemudian TiVo Inc, terbenam 5,5% setelah produsen video recorder tersebut membukukan kerugian.
Nasib serupa dialami oleh Dow Jones Industrial Average (DJIA) yang juga minus 54,79 poin atau 0,44% ke 12.365,07. Kemudian bursa teknologi Nasdaq, anjlok 26,84 poin atau 0,95% ke 2.810,52.
"Tak ada penahan longsoran ekonomi global. Meski Amerika Serikat (AS) bekerja sekeras apapun memperbaiki ekonomi, Eropa-lah yang saat ini menjadi kiblat semua mata trader," ulas Alan Gayle, senior strategist RidgeWorth Capital Management di Richmond, Virginia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News