Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street melonjak hingga akhir perdagangan hari Rabu (29/4) akibat ekspektasi obat Covid-19 yang efektif. Kabar ini mengimbangi buruknya ada pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) Dan peringatan dari Federal Reserve.
Rabu (29/4), Dow Jones Industrial Average menguat 2,21% ke 24.633,86. Indeks S&P 500 naik 2,66% ke 2.939,51. Nasdaq Composite bahkan melesat hingga 3,57% ke 8.914,71.
Gilead Sciences mengatakan, obat antivirus eksperimentalnya memenuhi tujuan utama uji coba pada pasien Covid-19.
Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa produk domestik bruto (PDB) AS berkontraksi 4,8% secara tahunan pada kuartal pertama. Ini adalah penurunan ekonomi paling dalam sejak kuartal keempat 2008 atau pada masa Great Recession.
Baca Juga: The Fed tahan suku bunga acuan mendekati level nol, ini alasannya
Belanja kesehatan merosot karena penutupan praktik berbagai dokter spesialis dan rumahsakit yang fokus menangani pasien virus corona. Belanja rumah tangga AS pun merosot dengan penurunan tajam pada pembelian kendaraan, furnitur, pakaian, dan sepatu. Bisnis jasa seperti transportasi, akomodasi hotel dan restoran pun anjlok.
Kontraksi ekonomi ini lebih dalam daripada prediksi para ekonom Reuters yang meramalkan penurunan 4%. Angka kontraksi ini pun kontras dari pertumbuhan 2,1% di kuartal keempat yang menutup 11 tahun pertumbuhan ekonomi, rekor pertumbuhan terpanjang AS.
Para ekonom memperkirakan ekonomi AS akan kontraksi lebih dalam di kuartal kedua sehingga AS masuk ke resesi, yakni penurunan ekonomi dua kuartal berturut-turut. Bahkan, estimasi para ekonom adalah penurunan PDB hingga 40%.
Baca Juga: Wall Street langsung melompat setelah Gilead bawa kabar soal pengobatan corona
"Beberapa bulan ke depan akan sangat sulit bagi ekonomi AS dengan kontraksi terbesar PDB di kuartal kedua," kata Gus Faucher, chief economist PNC Financial kepada Reuters.
Faucher menambahkan bahwa jika konsumen dan pekerja tetap di rumah di kuartal ketiga atau pandemi mereda dan infeksi gelombang kedua muncul, resesi bisa berlanjut sepanjang tahun 2020.
Belanja konsumen yang mengontribusi lebih dari dua pertiga ekonomi AS merosot 7,6% di kuartal pertama. Ini adalah penurunan terbesar sejak kuartal kedua 1980. Kuartal keempat lalu, belanja konsumen masih naik 1,8%. Sementara tingkat simpanan naik menjadi 9,6% dari sebelumnya 7,6%.
Impor AS merosot 15,3% yang merupakan penurunan terbesar sejak kuartal kedua 2009. Alhasil, defisit perdagangan AS mengecil. Investasi bisnis pun merosot 8,6%, penurunan paling dalam juga sejak kuartal kedua 2009. Ini menandai penurunan investasi kuartalan keempat berturut-turut.
"Efek krisis dan potensi perubahan struktural jangka panjang berarti output yang turun di kuartal pertama dan kedua tidak akan pulih sepenuhnya hingga akhir 2022," kata James Knightley, chief international economist ING kepada Reuters.
Baca Juga: Kabar baik, hasil uji coba obat remdesivir tunjukkan efek signifikan obati corona
Sementara Federal Reserve mempertahankan kebijakan suku bunga 0%-0,25% pada akhir rapat kemarin. Gubernur The Fed Jerome Powell menegaskan akan menggunakan seluruh perangkat kebijakan untuk menopang ekonomi yang sekarang dianggap cukup berisiko dalam jangka menengah, sekitar satu tahun atau lebih.
Pernyataan kebijakan Federal Open Market Committee (FOMC) menunjukkan bahwa permintaan yang melemah dan harga minyak yang merosot menyebabkan inflasi konsumen turun. Disrupsi aktivitas ekonomi di dalam dan luar negeri sangat mempengaruhi kondisi finansial dan mengganggu aliran kredit ke rumah tangga dan bisnis AS. "Krisis kesehatan akan menekan aktivitas ekonomi, ketenagakerjaan, dan inflasi di jangka pendek, serta menimbulkan risiko yang cukup besar bagi outlook ekonomi dalam jangka menengah," ungkap FOMC dalam pernyataan.
Baca Juga: Bursa Asia menguat, investor menunggu hasil rapat The Fed hari ini
"Komen penting FOMC adalah kekhawatiran penurunan outlook ekonomi dalam jangka menengah sehingga ini menunjukkan bahwa bank sentral akan tetap memegang kebijakan akomodatif untuk beberapa tahun ke depan," kata Guy LeBas, chief fixed income strategist Janney Montgomery Scott kepada Reuters.
Kongres AS telah menyetujui paket fiskal sekitar US$ 3 triliun. Sedangkan The Fed akan melanjutkan pembelian obligasi negara AS, US Treasury serta efek beragun properti residensial dan komersial, serta menyediakan operasi repo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News