kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.009.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.440   10,00   0,06%
  • IDX 7.802   65,52   0,85%
  • KOMPAS100 1.089   10,48   0,97%
  • LQ45 793   4,55   0,58%
  • ISSI 266   4,02   1,53%
  • IDX30 411   2,13   0,52%
  • IDXHIDIV20 477   2,24   0,47%
  • IDX80 120   1,29   1,08%
  • IDXV30 131   2,92   2,28%
  • IDXQ30 132   0,22   0,17%

Wall Street Melemah di Tengah Ketidakpastian Tarif dan Data Ekonomi


Selasa, 02 September 2025 / 21:50 WIB
Wall Street Melemah di Tengah Ketidakpastian Tarif dan Data Ekonomi
ILUSTRASI. Pedagang menunggu perusahaan Accelerant, pasar asuransi, untuk memulai perdagangan selama penawaran umum perdana (IPO) perusahaan di Bursa Efek New York (NYSE) di Kota New York, AS, 24 Juli 2025.


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  NEW YORK. Indeks-indeks utama Wall Street melemah pada perdagangan Selasa (2/9/2025) ke posisi terendah lebih dari satu minggu. 

Investor yang kembali dari libur panjang akhir pekan dibayangi ketidakpastian terkait legalitas tarif impor era Presiden Donald Trump serta menantikan rilis data ekonomi penting.

Pada pukul 10.04 pagi waktu New York, Dow Jones Industrial Average merosot 282,83 poin atau 0,62% menjadi 45.262,05. S&P 500 turun 54,25 poin atau 0,84% ke 6.406,01, sedangkan Nasdaq Composite anjlok 209,65 poin atau 0,98% menjadi 21.245,90.

Pada Jumat lalu, pengadilan banding Amerika Serikat menyatakan sebagian besar tarif Trump ilegal, namun tetap mengizinkan penerapannya hingga 14 Oktober. Pemerintahan Trump masih memiliki opsi mengajukan banding ke Mahkamah Agung.

Baca Juga: Saham Perusahaan Teknologi Topang Wall Street di Tengah Perang Tarif AS-China

Kondisi tersebut menekan pasar obligasi dan ekuitas. Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 30 tahun naik ke level tertinggi dalam lebih dari sebulan, sementara indeks Volatilitas CBOE melonjak ke titik tertinggi dalam lebih dari tiga minggu di level 18.

“Jika Mahkamah Agung memutuskan tarif itu ilegal, pemerintah harus mengembalikan dana hasil pungutan. Artinya utang akan meningkat, imbal hasil naik, dan pasar menghadapi lebih banyak tekanan,” kata Robert Pavlik, manajer portofolio senior Dakota Wealth.

Indeks memangkas sebagian penurunan setelah Institute for Supply Management (ISM) melaporkan PMI manufaktur naik menjadi 48,7 pada Agustus, dibanding 48 pada Juli. Namun, sebagian besar sektor S&P 500 tetap berada di zona merah, dipimpin saham teknologi. Nvidia turun 1,5%, Apple terkoreksi 0,8%, dan Microsoft melemah 0,6%.

Sebaliknya, sektor barang konsumsi pokok terbantu oleh lonjakan saham PepsiCo sebesar 3,6% setelah Elliott Management mengungkap kepemilikan senilai US$ 4 miliar di perusahaan tersebut.

Baca Juga: Wall Street Anjlok Imbas Masalah Tarif, Saham FedEx Merosot Pasca Proyeksi yang Suram

Pasar juga menunggu laporan tenaga kerja Agustus, termasuk data penggajian non-pertanian yang dirilis Jumat mendatang. Saat ini, pelaku pasar memperkirakan peluang 92% The Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan akhir bulan ini, menurut CME FedWatch Tool.

Ekspektasi itu muncul setelah data ketenagakerjaan Juli yang lemah serta pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell di simposium Jackson Hole, yang menekankan meningkatnya risiko terhadap pasar kerja. Hal ini membantu S&P 500 dan Dow Jones mencatat kenaikan bulanan keempat berturut-turut di Agustus, sementara Nasdaq membukukan reli bulanan kelima.

Meski demikian, pasar memasuki September yang secara historis suram. Menurut DataTrek Research, sejak 1958 bulan September menjadi satu-satunya bulan dengan rata-rata imbal hasil negatif bagi S&P 500.

Di sisi korporasi, saham-saham pertambangan emas menguat setelah harga emas batangan mencapai rekor baru. Harmony Gold naik 5,6%, Barrick Mining 1,2%, dan Newmont 1,1%. Sebaliknya, Kraft Heinz merosot 3% setelah mengumumkan rencana memisahkan bisnisnya menjadi dua perusahaan publik.

Baca Juga: Wall Street Anjlok Dipicu Kekhawatiran Tarif Trump, S&P 500 Mendekati Wilayah Bearish

Perhatian investor pekan ini juga tertuju pada laporan laba sejumlah peritel besar, serta kebijakan terkait Departemen Pertahanan AS yang akan diumumkan Trump.

Di bursa, jumlah saham yang turun lebih banyak dibandingkan yang naik, dengan rasio 2,91 banding 1 di NYSE dan 1,8 banding 1 di Nasdaq. S\&P 500 mencatat enam level tertinggi baru dalam 52 minggu terakhir dan satu level terendah baru, sedangkan Nasdaq membukukan 48 level tertinggi baru dan 48 terendah baru.

Selanjutnya: Sebanyak 200 Ribu Pembayaran Pensiun Dipindahkan ke Kantorpos

Menarik Dibaca: 5 Aturan Emas Warren Buffett untuk Menghindari Jebakan Keuangan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004

[X]
×