Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street tampil perkasa pada perdagangan sesi ini. Bahkan, dua dari tiga indeks utama kembali catat rekor penutupan tertinggi.
Rabu (7/7), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 104,42 poin atau 0,3% menjadi 34.681,79, indeks S&P 500 menguat 14,59 poin atau 0,34% ke 4.358,13 dan indeks Nasdaq Composite menanjak 1,42 poin atau 0,01% ke level 14.665,06.
Bursa saham Amerika Serikat (AS) ini menguat setelah risalah dari pertemuan Federal Reserve terakhir mengindikasikan para pejabat mungkin belum siap untuk melanjutkan kebijakan pengetatan.
Berdasarkan risalah pertemuan kebijakan bank sentral AS bulan Juni, para pejabat The Fed merasakan kemajuan substansial pada pemulihan ekonomi "secara umum dipandang belum terpenuhi," tetapi The Fed juga harus siap untuk bertindak jika inflasi atau risiko lain terjadi.
"Saya membaca ini sebagai kumpulan catatan dovish yang efektif hanya karena mereka tidak merasa, sebagai kelompok, bahwa memiliki cukup kepastian tentang situasi untuk membuat perubahan sama sekali," kata Brad McMillan, Chief Investment Officer Commonwealth Financial Network di Waltham , Massachussets.
Baca Juga: Wall Street bervariasi, Nasdaq menguat ditopang penurunan yield US Treasury
Dengan risalah ini, imbal hasil obligasi AS pun kembali melemah. Sementara pergerakan saham sebagian besar naik lebih tinggi.
Risalah tersebut mencerminkan The Fed terbagi dan bergulat karena risiko inflasi baru tetapi pengangguran masih relatif tinggi.
Setelah pertemuan dan pernyataan bulan lalu, investor mulai mengantisipasi The Fed akan bergerak lebih cepat untuk melakukan pengetatan dari yang diperkirakan sebelumnya.
Wall Street telah mengkhawatirkan inflasi, dengan investor bergerak di antara nilai saham terkait ekonomi dan sektor yang diuntungkan dengan pertumbuhan dalam beberapa sesi terakhir.
Saham pertumbuhan dan nilai naik pada perdagangan sesi ini dengan sektor perindustrian dan material memimpin kenaikan pada indeks S&P 500.
Selain faktor The Fed, sentimen juga datang dari regulator pasar China yang telah mendenda sejumlah perusahaan internet, termasuk Didi Global, Tencent dan Alibaba, karena gagal melaporkan kesepakatan merger dan akuisisi sebelumnya untuk disetujui.
Saham Didi yang terdaftar di bursa AS pun kembali ambles 4,6%, menambah penurunan hampir 20% pada sesi perdagangan hari Selasa (6/7).
Selanjutnya: Presiden Haiti tewas ditembak, Amerika sebut itu pembunuhan keji
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News