kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Wall Street Ditutup Anjlok, S&P 500 dan Nasdaq Ambles Lebih Dari 2%


Selasa, 23 Agustus 2022 / 05:34 WIB
Wall Street Ditutup Anjlok, S&P 500 dan Nasdaq Ambles Lebih Dari 2%
ILUSTRASI. Wall Street mengawali pekan ini dengan buruk, tiga indeks utama ditutup ambles


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street ambruk di perdagangan awal pekan ini. Investor khawatir jelang pertemuan bank sentral dalam Jackson Hole, yang diperkirakan akan memperkuat komitmen kuat dari Federal Reserve untuk membasmi inflasi.

Senin (22/8), indeks S&P 500 ditutup anjlok 2,14% ke 4.137,99, indeks Nasdaq Composite ambles 2,55% menjadi 12.381,57 dan indeks Dow Jones Industrial Average melemah 1,91% ke 33.063,61.

Seluruh indeks sektoral pada S&P 500 turun, yang dipimpin oleh sektor konsumen yang turun 2,84%. Diikuti oleh sektor teknologi informasi yang ambles 2,78%.

Pada sesi kali ini, saham Nvidia Corp turun 4,6% dan Amazon.com Inc melemah 3,6%. Sementara, saham Microsoft Corp dan Apple Inc, masing-masing tergelincir lebih dari 2% karena imbal hasil US Treasury tenor acuan 10 tahun kembali naik ke level tertinggi sejak 21 Juli.

Biasanya, saham teknologi dan saham dengan pertumbuhan lebih growth stock jatuh ketika imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) naik.

Baca Juga: Awal Pekan Suram, Wall Street Jatuh Lebih 1% Dipicu Kekhawatiran Suku Bunga The Fed

Setelah reli musim panas di Wall Street berakhir pekan lalu, S&P 500 masih melemah sekitar 13% sepanjang tahun ini dan Nasdaq koreksi lebih dari 20%.

Indeks Volatilitas CBOE, pengukur ketakutan Wall Street, naik menjadi 23,9, tertinggi dalam lebih dari dua minggu.

Fokus pasar kini pada pidato Ketua The Fed Jerome Powell pada hari Jumat (26/8) dalam konferensi bank sentral di Jackson Hole. Investor mencari isyarat lebih lanjut tentang seberapa agresif The Fed terhadap kemungkinan kenaikan suku bunga di masa depan.

"Powell akan mencoba terdengar hawkish untuk meredam ekspektasi inflasi dan memperketat kondisi keuangan. Jadi kemungkinan besar itu akan menjadi katalis negatif bagi pasar," kata Jay Hatfield, Chief Investment Officer Infrastructure Capital Management di New York.

Berdasarkan survei Reuters terhadap sejumlah ekonomi, mayoritas memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan September.

Namun, pelaku pasar terbagi antara kenaikan 50 bps dan kenaikan 75 bps yang akan dilakukan The Fed setelah beberapa pembuat kebijakan baru-baru ini mendorong kembali ekspektasi poros dovish dan menekankan komitmen The Fed untuk memerangi inflasi.

Investor juga akan mencari rincian tentang rencana The Fed mengurangi neraca hampir US$ 9 triliun, sebuah proses yang dimulai pada bulan Juni.

Baca Juga: Investor Wait and See RDG BI, Begini Proyeksi Arah IHSG pada Selasa (23/8)

Di sisi lain, kekhawatiran perlambatan melanda pasar secara global. Bank sentral China memangkas beberapa suku bunga pinjaman utama pada hari Senin (22/8) dalam upaya untuk mendukung ekonomi yang melambat dan sektor perumahan yang tertekan.

Juga menjadi sentimen negatif di Wall Street, bursa saham Eropa turun setelah Gazprom GAZP Rusia mengatakan akan menghentikan pasokan gas alam ke Eropa selama tiga hari pada akhir Agustus.

Saham AMC Entertainment Holdings Inc terjun bebas 42% setelah daftar saham preferen rantai bioskop mulai diperdagangkan dan saingannya yang berbasis di Inggris Cineworld Group memperingatkan kemungkinan pengajuan kebangkrutan.

Sementara itu, saham Signify Health Inc melonjak 32% menyusul laporan pada hari Minggu bahwa UnitedHealth Group Inc, Amazon, CVS Health Corp dan Option Care Health Inc mengajukan penawaran untuk mengakuisisi perusahaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×