Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Indeks utama Wall Street dibuka lebih rendah pada Jumat (10/1), Menyusul laporan data pekerjaan yang lebih baik dari perkiraan, memicu ekspektasi bahwa The Fed akan mengambil pendekatan hati-hati terhadap pelonggaran kebijakan moneter tahun ini.
Melansir Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average dibuka turun 94,9 poin (0,22%) menjadi 42.540,29.
Sedangkan, S&P 500 kehilangan 27,9 poin (0,47%) menjadi 5.890,35 dan Nasdaq Composite jatuh 166,6 poin (0,86%) menjadi 19.312,26.
Baca Juga: Awas! Harga Bitcoin dan Pasar Kripto Diprediksi Anjlok Tajam Akhir Maret
Laporan dari Departemen Tenaga Kerja menunjukkan, ekonomi menambah 256.000 pekerjaan pada Desember, jauh di atas perkiraan 160.000. Tingkat pengangguran tetap di 4,1%, lebih baik dari prediksi 4,2%.
Data ini meningkatkan spekulasi bahwa The Fed mungkin hanya akan menurunkan suku bunga satu kali pada Juni, dengan tidak ada penyesuaian lebih lanjut hingga akhir tahun, berdasarkan alat FedWatch dari CME Group.
Tekanan Tambahan
Imbal hasil obligasi 30 tahun naik di atas 5%, tertinggi sejak November 2023.
Indeks volatilitas Wall Street, atau "fear gauge", mendekati level tertinggi dalam seminggu.
Baca Juga: The Fed Beri Sinyal Pemangkasan Suku Bunga Tidak akan Tergesa-Gesa
Saham perusahaan besar seperti Tesla, Meta, serta bank sensitif terhadap suku bunga seperti Morgan Stanley dan Bank of America, mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,9%, 1%, 1,4%, dan 1,2% dalam perdagangan pra-pasar.
"Ini adalah laporan yang bagus untuk ekonomi, tetapi pasar khawatir bahwa ekonomi yang kuat akan memicu inflasi," kata Thomas Martin, manajer portofolio senior di Globalt Investments.
Indeks utama Wall Street berada di jalur untuk mencatat pekan kedua berturut-turut dalam zona merah. Dengan S&P 500 turun hampir 3% dari rekor tertingginya sebulan lalu.
Kekhawatiran Inflasi dan Kebijakan The Fed
Kekhawatiran inflasi kembali menjadi fokus, mendorong The Fed untuk mengeluarkan perkiraan hati-hati terkait pelonggaran moneter bulan lalu.
Baca Juga: Inflasi Konsumen China Melambat, Seiring Lemahnya Permintaan
The Fed juga mengantisipasi dampak dari kebijakan perdagangan dan imigrasi yang diusulkan Presiden terpilih Donald Trump, yang akan menjabat dalam 10 hari.
Laporan tentang rencana Trump, termasuk deklarasi darurat ekonomi nasional untuk mempercepat implementasi tarif, menambah ketidakpastian bagi investor terkait dampaknya pada ekonomi dan perdagangan global.
Selanjutnya: Korban Perang Gaza Bisa 40% Lebih Tinggi dari Data Resmi
Menarik Dibaca: Promo JSM Hypermart Periode 10-13 Januari 2025, Anggur Hijau Diskon Rp 17.000
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News