kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.679.000   7.000   0,42%
  • USD/IDR 16.490   100,00   0,60%
  • IDX 6.520   249,06   3,97%
  • KOMPAS100 949   42,15   4,65%
  • LQ45 738   34,14   4,85%
  • ISSI 202   5,55   2,82%
  • IDX30 382   17,70   4,85%
  • IDXHIDIV20 462   16,68   3,75%
  • IDX80 107   4,47   4,34%
  • IDXV30 110   2,54   2,36%
  • IDXQ30 125   5,23   4,36%

Wall Street Bergerak Mixed di Awal Perdagangan Kamis (19/5)


Kamis, 19 Mei 2022 / 21:14 WIB
Wall Street Bergerak Mixed di Awal Perdagangan Kamis (19/5)
ILUSTRASI. Dari tiga indeks utama Wall Street, hanya Nasdaq Composite yang menguat ditopang oleh saham teknologi.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street bergerak mixed pada awal perdagangan Kamis (19/5). Dari tiga indeks utama, hanya Nasdaq Composite yang menguat ditopang oleh saham teknologi.

Kamis (19/5) pukul 21.07 WIB, Dow Jones Industrial Average turun 0,92% ke 31.202. Indeks S&P 500 melorot 1,15% ke 3.879. Sedangkan Nasdaq Composite  menguat 0,30% ke 11.451.

Investor masih resah atas dampak lonjakan inflasi terhadap ekonomi dan pendapatan emiten. Kemarin, indeks S&P 500 dan Nasdaq ditutup turun lebih dari 4% karena saham pertumbuhan tenggelam dan hasil suram dari pengecer Target Corp menggarisbawahi bagaimana inflasi berdampak pada daya beli konsumen.

Baca Juga: Proyeksi IHSG: Antara Profit Taking dan Penguatan Terbatas

"Komponen konsumen sekarang mulai melemah, yang memperkuat perspektif bahwa kita memang sedang menuju resesi," kata Randy Frederick, direktur pelaksana perdagangan dan derivatif untuk Charles Schwab di Austin, Texas kepada Reuters.

Belanja konsumen menyumbang lebih dari dua pertiga kegiatan ekonomi AS. Pasar saham menghadapi aksi jual karena investor menyesuaikan diri dengan pengetatan moneter. Federal Reserve AS menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi yang melonjak.

Baca Juga: IHSG Diproyeksi Melanjutkan Penguatan pada Jumat (20/5)

"Kekhawatiran utama yang dihadapi investor saat ini adalah bagaimana Federal Reserve akan atau tidak akan mampu menjinakkan inflasi tanpa menyebabkan resesi," Ryan Belanger, kepala pelaksana dan pendiri Claro Advisors mengatakan dalam sebuah catatan. Dia menambahkan, investor harus terbiasa dengan fluktuasi saham selama masa ketidakpastian yang luar biasa.

Ahli strategi Goldman Sachs memperkirakan kemungkinan 35% ekonomi AS memasuki resesi dalam dua tahun ke depan. Sementara Wells Fargo Investment Institute memperkirakan resesi ringan AS pada akhir 2022 dan awal 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Undang-Undang Kepailitan Dan PKPU Indonesia KONTAN DIGITAL PREMIUM ACCESS

[X]
×