kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Wall Street Ambles Lebih Dari 1%, Kekhawatiran Omicron Jadi Biang Keladi


Selasa, 21 Desember 2021 / 05:57 WIB
Wall Street Ambles Lebih Dari 1%, Kekhawatiran Omicron Jadi Biang Keladi
ILUSTRASI. Wall Street anjlok lebih dari 1%


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street ambles lebih dari 1% pada perdagangan awal pekan ini. Kekhawatiran investor tentang varian Omicron yang berpotensi melemahkan rebound ekonomi dan kemunduran kritis pada tagihan belanja sosial Presiden Joe Biden jadi biang keladi.

Senin (20/12), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 433,28 poin atau 1,23% menjadi 34.932,16, indeks S&P 500 koreksi 52,62 poin atau 1,14% ke 4.568,02 dan indeks Nasdaq Composite melemah 188,74 poin atau 1,24% ke 14.980,94.

Sektor keuangan dan material turun paling besar di antara sektor pada indeks S&P 500. Sementara penurunan saham teknologi dan terkait teknologi juga ikut menyeret bursa saham Amerika Serikat (AS) ini.

Saham sektor keuangan anjlok 1,9% dan sektor material ambles 1,8%. Microsoft dan Tesla adalah bobot individu terbesar yang menyeret indeks S&P 500, setelah masing-masing turun 1,2% dan 3,5%.

Baca Juga: Wall Street Tertekan di Awal Pekan Akibat Penyebaran Omicron

Kasus virus corona melonjak di New York City dan di sekitar Amerika Serikat selama akhir pekan, menghancurkan harapan untuk musim liburan yang lebih normal.

Di sisi lain, Inggris pun sudah mengungkapkan akan mengambil lebih banyak langkah guna memperlambat penyebaran Omicron jika diperlukan. Itu dilakukan usai Belanda memulai penguncian keempat dan ketika negara-negara Eropa lainnya mempertimbangkan pembatasan.

"Saya pikir (pasar saham) turun karena ketakutan Covid-19 dan bagaimana ketakutan itu dapat memperpanjang masalah rantai pasokan yang berkelanjutan dan bagaimana hal itu akan berdampak pada keuntungan untuk perusahaan," kata Chuck Carlson, Chief Executive Officer Horizon Investment Services di Hammond, Indiana.

Indeks berakhir di atas posisi terendah sesi mereka, tetapi indeks S&P 500 berakhir di bawah rata-rata pergerakan 50 hari, level teknis utama.

Dalam pukulan lebih lanjut terhadap sentimen pasar, adalah Senator AS Joe Manchin yang mengatakan pada hari Minggu (19/12) bahwa dia tidak akan mendukung tagihan investasi domestik Biden senilai US$ 1,75 triliun, yang disebut Build Back Better, yang merupakan pukulan yang berpotensi fatal.

Setelah komentar Manchin, Goldman Sachs memangkas perkiraan PDB kuartalan AS untuk tahun 2022.

Baca Juga: Banjir Besar di Malaysia Terjadi 1 Kali dalam 100 Tahun, 41.000 Orang Mengungsi

Perkembangan itu terjadi ketika Federal Reserve memutuskan untuk mengakhiri stimulus era pandemi lebih cepat. Bank sentral juga memberi sinyal setidaknya tiga perempat poin kenaikan suku bunga pada akhir 2022.

Investor telah mengambil sikap yang lebih defensif bulan ini, dengan sektor-sektor seperti kebutuhan pokok konsumen dan utilitas naik paling tinggi. Kedua kelompok itu mengakhiri sesi Senin dengan kenaikan tipis, satu-satunya sektor di wilayah positif.

Indeks S&P 500 tetap menguat 21,6% sejauh ini di tahun 2021.

“Mengingat kekuatan pasar sepanjang tahun ini, dalam beberapa hal Anda bisa melihat investor mengambil beberapa keuntungan dan mencari kejelasan yang lebih besar di tahun baru,” kata Michael Arone, kepala strategi investasi di State Street Global Advisors.

Dalam berita perusahaan, saham Oracle Corp turun 5,2% setelah pembuat perangkat lunak bisnis itu mengatakan akan membeli perusahaan catatan medis elektronik Cerner Corp seharga US$ 28,3 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×