Reporter: Djumyati Partawidjaja | Editor: Djumyati P.
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Melihat perkembangan di kuartal 2, lembaga-lembaga internasional menurunkan lagi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia menjadi lebih buruk. Beberapa negara maju bahkan sudah diproyeksikan mengalami pertumbuhan negatif double digit. Lalu Bagaimana kondisinya di Indonesia?
Berikut ini wawancara Kontan dengan David Sumual Chief Economist Bank Central Asia beberapa waktu lalu:
Bagaimana kondisi Indonesia setelah update beberapa proyeksi yang lebih buruk untuk pertumbuhan ekonomi dunia?
Di Indonesia sama seperti negara-negara lain di negara-negara maju, pemulihan pasar finansial lebih cepat. Tapi apakah ekonominya akan mengikuti perbaikan di sektor financial market? Nah ini jadi pertanyaan besar.
Kalau kondisi sekarang memang banyak negara yang sudah melakukan relaksasi, baik itu PSBB atau pun lockdown. Termasuk di negara-negara yang korbannya juga paling besar ya baik di Eropa maupun Amerika.
Ini ada dampak ikutan sebenarnya ke kinerja kebanyakan perusahaan pastinya di kuartal 2 kuartal 3 ini. Dan kita lihat resilience atau ketahanan masing-masing sektor atau lebih spesifik lagi masing-masing perusahaan itu berbeda-beda. Dan saya pikir mungkin ada beberapa yang akan tidak bisa bertahan menghadapi masalah, terutama di negara-negara maju seperti Amerika beberapa yang sudah bangkrut ya. Mereka mengajukan Chapter 11.
Kalau di Indonesia memang pengajuan kebangkrutan dibandingkan negara-negara maju, saya belum dengar signifikan. Jadi di sana itu memang angkanya itu melompat. Di Amerika maupun di Eropa banyak kita dengar. Di Indonesia saya lihat memang pengaruh paling besar baru di sektor UKM.
Sudah lebih terfokus sebenarnya. Jadi apa yang dilakukan pemerintah itu sudah tepat, stimulus yang diberikan itu menyasar ke UMKM. Jadi kita tahu sendiri bank-bank juga sudah banyak yang menerima ya pengajuan restrukturisasi. Jadi bank-bank yang model bisnisnya fokusnya di UMKM tentu sekarang ini sibuk juga, karena banyak yang minta restrukturisasi. Di bank-bank lain juga sama saya pikir. Dan pemerintah juga memfasilitasi dengan beberapa skema dan program dari pemerintah langsung yang menjembatani persoalan ini.
Beberapa hari lalu pemerintah menyuntikkan dana Rp 30 triliun ke bank-bank BUMN, kelihatannya ada peluang juga ya program ini masuk juga ke bank swasta?
Ya itu kan kebijakan pemerintah ya, sejauh ini kan pemerintah lewat Himbara karena kan dia pemegang saham mayoritas. Dan memang kondisinya kalau dulu tahun 1997 itu kan perbankan yang kena masalah permodalannya. Kalau sekarang persoalannya di sektor real.
Jadi perbankannya kondisinya masih baik-baik saja sejauh ini. Dari sisi permodalan secara nasional kuat, 22% CAR. Permodalannya, TIER 1 capital juga baik, beda dengan 1997 lah jauh. Karena waktu itu persoalannya di banking sektor. Jadi sekarang ini sebenarnya tidak urgent juga untuk bank-bank lain.
Ini kan karena Himbara milik pemerintah, jadi berhak saja pemerintah untuk melakukan sesuatu. Pemerintah kan ingin menyalurkan dananya, supaya lebih mudah lewat bank pemerintah. Jadi saya pikir beda situasinya dengan tahun 1997, waktu itu kan beberapa bank di tahun 1997 ditunjuk untuk apa namanya merger, untuk menjadi penampung macam-macam. Sekarang kan kemarin ada konsep bank jangkar, tapi kan ini berubah lagi ini ada penyaluran.
Maksudnya apakah program-program yang akan disalurkan lewat bank ini bisa benar-benar membantu?
Saya pikir ini membantu ya, paling tidak mereka ada suntikan modal baru atau bisa melanjutkan pada saat mereka membutuhkan modal kerja. Selama PSBB ini terganggu padahal prospek mereka masih baik tapi dengan suntikan modal mungkin ini bisa dipulihkan.
Kalau prospeknya masih cerah mungkin ya terkait sektor-sektor tertentu yang mungkin resistance terhadap krisis. Mereka itu hanya menghadapi masalah likuiditas. Apalagi kalau pengusahanya prudent dalam berusaha dan bisnisnya terus tumbuh, saya pikir tidak ada masalah. Terutama UMKM ini kan butuh suntikan modal memang.
Bagaimana Anda melihat kondisi di sektor real sekarang ini?
Tergantung sektornya. Beberapa sektor memang yang agak sulit ya, walaupun PSBB-nya sudah direlaksasi tetap saja masalah seperti misalnya airline. Penerbangan ke luar negeri kan mungkin saja kita buka tapi kan negara lain masih tutup.
Terus juga yang terkait dengan sektor angkutan dan pariwisata. Pemerintah di negara-negara lain belum tentu izinkan warganya untuk keluar, karena nanti warganya balik dari tempat wisata itu mungkin kan akan menjadi persoalan.
Ini terutama buat negara-negara yang jumlah korbannya sudah turun, kasusnya sudah menurun, dan posisinya sekarang baik. Kan ada beberapa negara seperti Korea, Jerman, Jepang, itu kan masih bagus dari sisi penderitanya itu sudah recover. Takutnya kalau mereka buka sektor wisatanya malah akan jadi susah.
Berapa proyeksi Anda untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 dengan update baru sekarang?
Ya pertumbuhannya bisa minus tapi masih single digit. Enggak seperti negara-negara lain negara maju seperti Amerika dan Eropa yang kemungkinan bisa double digit beberapa negara Eropa. Karena kenapa, ya karena mereka itu kebanyakan belanja penduduknya itu non essential goods, mungkin 70-80% itu non essential.
Sedangkan kita itu sebaliknya, kita itu 80% kebutuhan pokok. Ini kita bicara masyarakat secara keseluruhan ya bukan hanya di perkotaan, kalau dirata-ratakan sebesar itu. Karena belanja orang-orang di perkotaan mungkin akan bias, karena mereka lebih banyak yang non essential.
Jadi kita lihat kalau tidak ada second wave dan masalah eksternal lain, itu masih bisa positif antara 0-2%. Tapi kalau memburuk karena PSBB-nya yang direlaksasi ini, menyebabkan nanti kita misalnya harus tutup lagi atau PSBB lagi, atau mungkin ada masalah eksternal tadi. Mungkin ya akan minus tapi masih single digit, antara 0 terburuknya-5 moderatnya -2.
Proyeksi ini akan lebih clear di kuartal 3?
Kuartal 3, tapi kuartal 4 itu juga banyak perkiraan para ahli epidemiologi kan bisa terjadi second wave di kuartal 4. Karena kan secara musiman penyakit virus flu itu banyak merebaknya di akhir tahun karena musim dingin dan musim hujan biasanya. Atau ada masalah eksternal lainnya, yang kita tidak duga. Black swan, something kita tidak tahu.
Seperti masalah pemilu di Amerika bisa jadi masalah eksternal?
Ini kita enggak tahu karena masih bertarung kan. Bisa Trump lagi yang menang, tapi kalau melihat kondisi sekarang sih agak lemah popularitasnya. Kemarin ekonominya memburuk, ada demo, dan rusuh di mana-mana, ada juga masalah rasial, tapi enggak tahu juga karena ini kan bisa berbalik. Kalau dihitung-hitung popularitas itu kan turun naik.
Untuk pasar sendiri lebih baik Trump atau lawannya yang terpilih?
Untuk pasar di Amerika sih mereka suka Trump, karena di sana kan dia potong pajak. Terus dia coba revive ekonominya dengan stimulus ekonomi kan. Kalau dulu-dulu sebelum Covid kan dia relatively pro pasar, makanya bagus sebelum ada Covid. Pasarnya bagus, ekonominya juga oke.
Jadi sekarang ini beradu program calon demokrat dan calon republik. Hasilnya, tergantung juga program yang ditawarkan bagaimana dari kedua belah pihak.
Dan ini pemilu di tengah Covid. Orang mungkin ada yang enggak puas dengan penanganan pemerintah di sana dengan macam-macam alasan. Tapi ada juga yang memang dia hardliner, di seluruh dunia itu ada bagian-bagian masyarakat yang hardliner, mau siapa pun pemerintahnya.
Jadi apa saja yang bisa dilakukan investor?
Kalau saya pikir sih tergantung pada profil investornya bagaimana. Kalau dia termasuk yang risk taker dia bisa lihat opportunity kan, sekarang banyak mau di berbagai sektor di berbagai kelas aset banyak opportunity.
Banyak orang yang butuh uang karena kesulitan bisnisnya sekarang dan dia punya hard asset. Terus kalau di pasar modal ya kita kan pasti cari perusahaan yang kondisi earning-nya itu tahan badai. Mau krisis seperti apa pun, krisis 1997, 2008 tetap oke solid.
Balance sheet-nya solid, terus bisnis modelnya juga terbukti tahan badai tadi. Terus juga punya competitive advantage dan dalam kondisi sekarang utangnya jangan terlalu besar karena bisa bermasalah. Mungkin kita cari yang low gearing kalau bahasa finansialnya. Di sisi lain sales-nya masih jalan. Bisnisnya masih oke walau pun mungkin turun, karena semuanya turun kan sekarang.
Kalau untuk jenis-jenis aset?
Ya kelas aset sih saya pikir banyak yang masih menarik dan yang harganya murah banyak. Seperti komoditas itu oke, karena kalau dibandingkan saham harga valuasinya sekarang murah. Persoalannya sekarang ekonominya belum bangkit saja. Kalau kita view-nya panjang oke sih sudah murah.
Terus aset di mana orang lebih prefer safe haven ya, seperti US Dolar terus Gold dan berbagai aset alternatif di luar yang tradisional. Ini kan yang tradisional semua yang turun seperti saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News