kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Walau January Effect akan terbatas, IHSG diprediksi tetap menguat di bulan ini


Minggu, 03 Januari 2021 / 19:48 WIB
Walau January Effect akan terbatas, IHSG diprediksi tetap menguat di bulan ini
ILUSTRASI. IHSG akan bergerak mixed dan berpeluang menguat di bulan Januari ini.


Reporter: Kenia Intan | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,95% ke level 5.979,07 pada perdagangan di pengujung tahun 2020, Rabu (30/12). Walau melemah di hari terakhir, IHSG cenderung bergerak menguat dalam sebulan. Mengutip catatan RTI Business, IHSG menguat 3,38% selama bulan Desember 2020.

Adapun untuk pergerakan IHSG di bulan Januari 2020, CEO Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya menebak, IHSG akan bergerak mixed dan berpeluang menguat. Namun, IHSG berpotensi terkoreksi terebih dahulu di awal bulan.

"Dikarenakan penderita positif Covid-19 yang semakin banyak pasca libur tahun baru dan ada wacana pengetatan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang mengakibatkan investor wait and see," ujarnya ketika dihubungi Kontan.co.id, Minggu (3/1).

Baca Juga: Investor berharap bursa saham di 2021 masih melesat setelah kenaikan tinggi di 2020

Ia memperkirakan, IHSG akan bergerak di level 5.820 hingga 6.174 di bulan ini. Diperkirakan juga, IHSG mampu mendakti arah resistance di 6.174 karena adanya January Effect. Faktor penguat lainnya, investor ritel dan asing diperkirakan akan mulai masuk ke pasar Indonesia.

Walau memiliki kecenderungan menguat, Bernadus tidak memungkiri ada beberapa sentimen negatif yang berpotensi menyeret IHSG. Di antaranya, jumlah penderita Covid-19 dan wacana pengetatan kembali PSBB.

Sentimen-sentimen tersebut membayangi-bayangi sentimen pendongkrak IHSG seperti distribusi vaksin yang rencananya akan dimulai bulan Januari ini. Di samping itu, IHSG juga akan terkerek sentimen penerapan Omnibus Law dan juga pembentukan Soverign Wealth Fund (SWF) tahun ini.

Asal tahu saja, mengutip catatan Kontan.co.id sebelumnya, SWF akan menampung dan mengelola dana investasi yang masuk.. Dana yang dikelola oleh SWF digunakan untuk mendanai pembangunan infrastruktur berkelanjutan di Indonesia.

"Akan banyak euforia saat ketiga hal ini mulai marak diberitakan di media, walaupun harus waspadai aksi sell on news," imbuh Bernadus.

Pelantikan Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) juga layak dinantikan. Apalagi terkait kebijakan yang akan diterapkan di awal kepemimpinan, seperti kebijakan soal stimulus, green energy, dan kebijakan lockdown. Adapun perang dagang dengan Cina diperkirakan akan melunak di era kepemimpinan Joe Biden.

Baca Juga: Mandiri Sekuritas memprediksi IHSG bisa menuju level 6.850 di tahun ini

Menghadapi kondisi pasar di bulan Januari ini, Bernadus menyarankan, investor melirik saham-saham crude palm oil (CPO) yang harganya terus melambung tinggi, bahkan dalam 8,5 tahun terakhir.

Ia mencontohkan PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) yang telah membentuk uptrend dengan target 1.500 jika menembus resistance di 1.430.

Saham jagoan dia selanjutnya adalah PT Elnusa Tbk (ELSA). "Karena aktivitas dunia kembali pulih, harga minyak pun kembali mencuat dan di tahun 2021 ini dibuka US$ 48 per barel," imbuhnya.

Anak perusahaan Pertamina itu juga masih diperdagangkan di PBV 0,7 kali dan PE 10,7. Adapun target harga ELSA berada di 416 jika mampu menembus resistance 394.

Sementara itu, Analis CSA Research Institute Reza Priyambada mengungkapkan, pada akhir 2019 silam, IHSG bertengger di level 6.100. Lalu pada Januari 2020, IHSG terkerek ke kisaran level 6.500. Oleh karenanya berkaca secara historis, penguatan IHSG di Januari 2021 memungkinkan kembali terjadi.

Baca Juga: Pasar saham ditutup melesat pada 2020, investor berharap lebih cerah lagi di 2021

Hanya saja, Reza masih sangsi penguatan akan terjadi seperti tahun sebelumnya. Sebab, kondisi tahun ini masih diwarnai penyelesaian Covid-19 baik di Indonesia maupun global.

Di samping itu, kondisi pasar dibayangi-bayangi upaya pemerintah untuk menangani  Covid-19 dan dampak sosioekonomi akibat pandemi, terutama setelah bongkar pasang menteri yang menjabat.

"January Effect akan terbatas," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (3/1).  January Effect yang terbatas itu memungkinkan terjadi mengingat ada sentimen pemberat yang masih mewarnai pasar.

Selanjutnya: IHSG diprediksi menguat Senin (4/1), berikut rekomendasi saham yang bisa dicermati

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×