kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Walau dibayangi volatilitas, pasar obligasi masih punya prospek yang menarik


Rabu, 01 Juli 2020 / 19:07 WIB
Walau dibayangi volatilitas, pasar obligasi masih punya prospek yang menarik
ILUSTRASI. Pasar obligasi Indonesia turut merespons katalis ekspektasi pemulihan ekonomi dengan kenaikan.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dengan munculnya ekspektasi pemulihan ekonomi, pasar obligasi Indonesia turut merespons katalis tersebut dengan kenaikan. Hal ini dapat dilihat dari pergerakan Indonesia Composite Bond Index (ICBI).

Merujuk dari laman Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), pada Rabu (1/7) ICBI terpantau berada di level 284,31. Level tersebut merupakan level tertinggi semenjak ICBI rebound. Padahal, pada akhir Maret, ICBI sempat berada di level 257,81.

Head of Research & Market Information Department IBPA Roby Rushandie mengungkapkan kenaikan ICBI disebabkan oleh adanya ekspektasi pemulihan ekonomi. Selain itu, dana investor asing yang mulai kembali mengalir ke dalam negeri turut menjadi katalis positif yang mengerek ICBI.

Baca Juga: Rupiah melemah setelah UU keamanan Hong Kong disahkan

Kendati mengindikasikan pemulihan, Roby menyebut level saat ini masih belum mampu sampai ke level di akhir Februari kemarin, atau sebelum pandemi virus corona menyebar. Pada periode tersebut, ICBI sempat menyentuh level tertingginya di 286,40. “Pasar saat ini sebenarnya masih volatile, per siang ini saja indeks merah lagi karena ekspektasi pemulihan ekonomi turun lagi,” kata Roby kepada Kontan.co.id, Rabu (1/7).

Kendati masih volatile, Roby masih menilai ICBI tetap punya peluang untuk lanjut menguat. Ini karena dari sudut pandang investor asing, yield Surat Utang Negara (SUN) Indonesia termasuk yang paling atraktif dibanding negara lain di kawasan Asia.

“Oleh sebab itu, prospek obligasi ke depan masih cukup menarik. Jika dilihat dari sisi yield dan gejolak harga, obligasi masih unggul dibandingkan dengan instrumen saham,” tambah Roby.

Baca Juga: Empat faktor ini menjadi pendorong pulihnya pasar obligasi Indonesia

Terkait pilihan obligasi korporasi atau obligasi pemerintah, Roby mengatakan pilihan akan kembali ke objektif masing-masing investor. Jika investor memburu return, maka obligasi korporasi bisa jadi pilihan dengan yield yang lebih tinggi. Namun, dari segi risiko juga lebih tinggi.

Sementara jika investor mencari investasi yang aman, tentu obligasi negara jadi pilihan paling ideal karena terjamin keamanannya. Hanya saja, return yang didapat relatif moderat.

“Terkait kenaikan harga, secara overall, obligasi korporasi mengalami kenaikan lebih tinggi. Kenaikan ini disebabkan faktor teknis sih, karena ada komponen accrued interest (AI) dalam valuasi, dan kupon obligasi korporasi punya AI lebih tinggi sehingga kenaikan harganya juga lebih tinggi dari SUN,” pungkas Roby.

Baca Juga: Investor disarankan berani mengatur portofolio lebih agresif di semester dua

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×