Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi Indonesia telah menunjukkan kebangkitan. Hal ini tercermin dari pergerakan Indonesia Composite Bond Index (ICBI).
Merujuk dari laman Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), pada Rabu (1/7) ICBI terpantau berada di level 284,31. Level tersebut merupakan level tertinggi semenjak ICBI rebound. Padahal, pada akhir Maret, ICBI sempat berada di level 257,81.
Director & Chief Investment Officer Fixed Income Manulife Aset Manajemen Ezra Nazula mengatakan, pasar obligasi Indonesia memang telah mengalami pemulihan yang signifikan sejak April lalu. Ezra menyebut, setidaknya terdapat empat faktor yang mendorong terjadinya pemulihan tersebut.
Baca Juga: Investor disarankan berani mengatur portofolio lebih agresif di semester dua
“Faktor pertama datang dari munculnya sentimen risk on global di mana diharapkan pemulihan ekonomi dapat cepat dimulai dengan dibukanya kembali negara-negara seperti Amerika Serikat (AS), China, dan negara lainnya. Kedua, kembali menguatnya nilai tukar rupiah dari Rp 16.500-an ke level Rp 14.000-an per dolar AS,” ujar Ezra kepada Kontan.co.id, Rabu (1/7).
Faktor ketiga, adalah redanya penjualan obligasi oleh investor asing dan ditambah oleh partisipasi besar dari investor lokal dengan likuiditas bank yang berlimpah. Keempat, yield obligasi Indonesia yang relatif lebih menarik dibanding negara emerging market dengan rating yang serupa.
Ezra optimistis ke depan tren positif pasar obligasi Indonesia masih akan berlanjut karena ditunjang oleh keempat faktor tersebut. Dengan masih adanya peluang tren penurunan suku bunga dan Bank Indonesia (BI) yang terus mendukung pasar obligasi, Ezra menilai pasar obligasi akan minim katalis negatif.
“Katalis negatif yang mungkin membuat obligasi tertekan adalah kurs rupiah yang kembali tidak stabil dan melemah. Serta tidak ada sentimen sentimen risk off yang bisa menyebabkan outflow dari emerging market, termasuk Indonesia,” jelas Ezra.
Baca Juga: Sempat rekor US$ 1.800, DBS sebut harga emas bisa menembus US$ 1.900
Oleh sebab itu, Ezra meyakini potensi pasar obligasi Indonesia masih menarik sampai akhir tahun. Dia memproyeksikan yield 10 tahun obligasi pemerintah dapat berada di kisaran 6,5% di akhir tahun 2020.
“Kalau bicara dari segi harga, obligasi pemerintah memberikan kinerja yang lebih tinggi tahun ini karena tenor yang cenderung lebih panjang. Ditambah lagi, selama tren penurunan suku bunga berlangsung, (obligasi pemerintah) akan memiliki prospek lebih bagus dibanding obligasi korporasi,”pungkas Ezra.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News