kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Wajah bursa Asia Jumat (14/8) pagi beragam, mengekor Wall Street


Jumat, 14 Agustus 2020 / 07:49 WIB
Wajah bursa Asia Jumat (14/8) pagi beragam, mengekor Wall Street
ILUSTRASI. FILE PHOTO: A man wearing a protective mask is seen inside the Shanghai Stock Exchange building, as the country is hit by a new coronavirus outbreak, at the Pudong financial district in Shanghai, China February 28, 2020. REUTERS/Aly Song/File Photo


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa saham Asia Pasifik beragam pada awal perdagangan Jumat (14/8). Investor tetap berhati-hati setelah anggota parlemen Amerika Serikat (AS) tampaknya tidak dapat bergerak maju membahas RUU stimulus virus corona.

Melansir CNBC, di Jepang, Nikkei 225 bertambah 0,23% tetapi indeks Topix sedikit lebih rendah. Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,22%.

Arah perdagangan bursa Asia mengekor penutupan Wall Street semalam. Di mana indeks S&P 500 gagal sekali lagi mencapai rekor tertinggi pada Februari.

Itu terlepas dari data klaim pengangguran AS yang positif, jauh di bawah perkiraan ekonom. Menyiratkan bahwa pasar tenaga kerja AS mulai membaik.

Baca Juga: Wall Street: Dow Jones dan S&P Turun, Pasar Mengkhawatirkan Jumlah Pekerjaan Hilang

Anggota parlemen di Amerika Serikat tampaknya berada di jalan buntu mengenai rencana bantuan virus corona berikutnya dan tampaknya kesepakatan tentang undang-undang dan pengesahan RUU akan berjalan berminggu-minggu lagi.

Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengatakan dia tidak akan memulai kembali pembicaraan dengan Partai Republik tentang masalah tersebut sampai mereka meningkatkan tawaran bantuan mereka sebesar US$ 1 triliun.

Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow juga mengatakan kepada CNBC "Squawk on the Street" bahwa pemerintah dan Demokrat berada di "jalan buntu".

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×