Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Emiten pakan ternak, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) gagal mencetak laba bersih pada paruh pertama tahun ini. Akibat beban rugi kurs yang tinggi, JPFA merugi hingga Rp 272,12 miliar. Padahal di periode yang sama tahun lalu, JPFA masih mencetak laba bersih Rp 325,98 miliar.
Dengan begitu, rugi per saham dasar tercatat mencapai Rp 26 per saham, dibandingkan laba pada Semester I tahun lalu sebesar Rp 31 per saham. Penjualan JPFA sejatinya hanya mengalami penurunan tipis 0,3% year on year (yoy) menjadi Rp 12,14 triliun. Namun, beban pokok penjualannya naik 2,7% menjadi Rp 10,64 triliun.
Dalam laporan keuangan JPFA yang dirilis Selasa (28/7), JPFA masih bisa mencetak laba kotor sebesar Rp 1,5 triliun pada Semester I-2015. Namun, apa daya, kerugian kurs mata uang asing membengkak hingga Rp 267,43 miliar. Di periode yang sama tahun lalu, JPFA justru berhasil mencetak laba kurs sebesar Rp 20,59 miliar. Utang yang bertambah juga membuat beban bunga JPFA naik menjadi Rp 337,4 miliar dari sebelumnya Rp 332,9 miliar.
Pada Semester I-2015, penjualan JPFA di bidang pakan ternak merosot cukup dalam, hingga 10,8% yoy menjadi Rp 4,6 triliun. Begitu pula penjualan anak ayam umur sehari alias Day Old Chicken (DOC), yang turun 6,3% yoy menjadi Rp 675 miliar. Untungnya, penjualan dari usaha peternakan dan produk konsumen naik 5,2% yoy menjadi Rp 4,8 triliun.
Dengan begitu, usaha peternakan dan produk konsumen kini menjadi kontributor utama dari total penjualan JPFA. Padahal sebelumnya, divisi pakan ternak masih mendominasi penjualan JPFA. Perseroan juga mendapat tambahan pendapatan dari usaha budidaya perairan dan peternakan sapi.
Kenaikan bahan baku dan volatilitas nilai tukar rupiah memang menjadi faktor utama yang menekan emiten di industri poultry. Karena hal inilah JPFA memutuskan untuk memangkas belanja modal (capital expenditure/capex) tahun ini menjadi Rp 750 miliar dari rencana awal Rp 1,8 triliun.
JPFA tidak bisa gencar ekspansi lantaran permintaan ayam masih turun. Wakil Direktur Utama JPFA, Bambang Budi Hendarto pernah mengatakan, ekspansi JPFA dalam beberapa tahun terakhir membuat kelebihan pasokan DOC. Di sisi lain, perlambatan ekonomi dalam negeri membuat permintaan menurun. Dus, harga DOC pun sempat merosot.
Tahun ini, JPFA mengalokasikan capex Rp 400 miliar untuk segmen pakan ternak. Lalu, senilai Rp 170 miliar dialokasikan untuk ekspansi breeding farm dan Rp 180 miliar untuk ekspansi feedmill. Sedangkan sisanya untuk perawatan.
Hingga Semester I-2015, JPFA membukukan total liabilitas sebesar Rp 11,9 triliun dengan ekuitas Rp 4,9 triliun. Saat ini, total kas JPFA hanya sebesar Rp 910 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News