kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Volume produksi Vale Indonesia (INCO) bisa tembus 74.000 ton hingga akhir tahun


Jumat, 30 Oktober 2020 / 19:58 WIB
Volume produksi Vale Indonesia (INCO) bisa tembus 74.000 ton hingga akhir tahun
ILUSTRASI. Volume produksi Vale Indonesia (INCO) bisa tembus 74.000 ton hingga akhir tahun


Reporter: Dityasa H. Forddanta | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tidak semua emiten mengalami tekanan hebat akibat pandemi. Salah satunya, PT Vale Indonesia Tbk (INCO).

Perusahaan tersebut masih mampu mencatat kenaikan pendapatan sebesar 13% secara kuartalan menjadi US$ 210,6 juta kuartal ketiga kemarin.

Bahkan, akumulasi pendapatan sejak awal tahun hingga September kemarin juga mengalami kenaikan sekitar 12,8% secara tahunan menjadi US$ 571 juta. Adapun pendapatan untuk periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 506,5 juta.

Moncernya pendapatan INCO merupakan imbas kenaikan rata-rata harga atau average selling price (ASP) nikel. ASP kuartal ketiga kemarin naik 13% secara kuartalan menjadi US$ 10.556 per ton.

Baca Juga: Di tengah penurunan IHSG, saham-saham tambang logam ini menanjak sejak awal tahun

Sedangkan ASP sepanjang sembilan bulan tahun ini sebesar US$ 10.097 per ton. Angka ini naik 1,3% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, US$ 9.963 per ton.

Pada saat yang bersamaan, produksi nikel INCO secara kuartalan naik 4% menjadi 19.477 ton pada kuartal ketiga. Sedangkan akumulasi volume produksi sejak awal tahun mencapai 55.792 ton, naik 10% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Bernardus Irmanto, Direktur INCO mengatakan, melihat perfoma tersebut, pihaknya optimistis mampu memproduksi nikel sedikit di atas target. "Produksi hingga akhir tahun akan berada pada rentang 73.000-74.000 ton," ujarnya kepada KONTAN belum lama ini.

Mengingatkan saja, INCO sebelumnya menargetkan produksi nikel hingga akhir tahun ini sebesar 71.025 ton, tidak berbeda jauh dibanding realisasi tahun lalu.

Namun, INCO menaikkan target produksinya menjadi 73.000 ton. Ini seiring dengan penundaan proyek peremajaan furnace IV tahun ini.

"Untuk volume penjualan akan mengikuti volume produksi," imbuh Bernadus.

Dengan asumsi produksi INCO mampu menembus level 74.000 ton dan ASP di level US$ 10.097 per ton, maka perusahaan ini berpotensi meraup pendapatan US$ 747,18 juta hingga akhir tahun.

Baca Juga: Ini saham-saham dengan net buy dan net sell asing terbesar bulan Oktober

"Pendapatan bisa menembus level tersebut jika menggunakan asumsi aktual hingga kuartal ketiga kemarin. Tapi, kami tidak bisa mengontrol harga yang bisa saja berubah setiap saat," terang Bernardus.

Oleh sebab itu, INCO tetap akan mengoptimalkan efisiensi pada beban pokok pendapatan. Meski produksi meningkat, namun beban pokok hanya naik 0,4% secara kuartalan menjadi US$ 166,23 juta.

Baca Juga: Laba bersih Vale Indonesia (INCO) melambung 47.800% terdorong lonjakan harga nikel

Efisiensi menjadi strategi yang wajib dilakukan di tengah situasi seperti saat ini. Pasalnya, meski beban pokok hanya naik kurang dari 1%, namun laba bersih INCO masih turun 2,8% secara kuartalan menjadi US$ 23,5 juta.

Meski begitu, INCO mampu mencatat kenaikan laba bersih lebih dari empat kali lipat secara tahunan menjadi US$ 76,64 juta.

Sejalan dengan efisiensi tersebut, INCO mampu mencatat laba bersih US$ 23,51 juta pada kuartal ketiga.

Selanjutnya: Harga komoditas logam dan CPO diprediksi atraktif, saham apa saja yang menarik?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×