kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Volume penawaran lelang SUN turun, investor dinilai wait and see


Selasa, 12 Oktober 2021 / 19:31 WIB
Volume penawaran lelang SUN turun, investor dinilai wait and see
ILUSTRASI. Volume penawaran lelang Surat Utang Negara (SUN) turun menjadi Rp 50,14 triliun


Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Volume penawaran lelang Surat Utang Negara (SUN) yang digelar hari ini (12/10) mencapai Rp 50,14 triliun. Jumlah tersebut turun dari lelang SUN sebelumnya di Rp 58,82 triliun.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, pada lelang SUN kali ini, pemerintah hanya menyerap Rp 8 triliun. Jumlah ini pun sesuai dengan target indikatif yang ditetapkan sebelumnya.

Associate Director, Head of Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto mengatakan, pada lelang kali ini, investor masih menahan diri untuk masuk ke pasar obligasi, walaupun likuiditas masih baik.

Dia mengamati, investor masih menunggu dampak dari tapering off yang akan dilakukan Federal Reserve di akhir tahun ini. Hal tersebut, berdampak pada investor asing menahan diri untuk masuk, dan investor dalam negeri pun juga wait and see.

“Walaupun likuiditas tinggi, investor berhati-hati masuk ke pasar. Dalam arti, potensi pergerakan terutama pelemahan di pasar cukup terbuka dengan dilakukannya tapering secara bertahap,” kata Ramdhan kepada Kontan.co.id, Selasa (12/10).

Baca Juga: Jumlah penawaran dalam lelang SUN Selasa (12/10) turun, ini penyebabnya

Dalam lelang SUN kali ini, seri FR0090 yang akan jatuh tempo pada 15 April 2027 menjadi seri yang paling banyak diburu investor dengan jumlah penawaran masuk hingga Rp 13,72 triliun.

Akan tetapi, seri tenor panjang FR0092, menjadi seri yang paling banyak dimenangkan dalam lelang SUN kali ini, dengan total serapan Rp 2,65 triliun.  

Ramdhan menyebut, ketidakpastian dari pasar keuangan masih berpotensi terjadi di tengah kondisi ini. Sehingga SUN dengan tenor jangka waktu pendek menengah cenderung lebih banyak diminati pasar.

“Kalau tenor panjang, volatilitas lebih tinggi, dan risiko pergerakan gejolak di pasar lebih tinggi. Sedangkan untuk tenor menengah pendek lebih kuat, dalam arti perubahan yield tidak akan banyak berubah,” lanjut dia.

Namun, pemerintah lebih banyak memenangkan SUN dengan seri tenor panjang. Ini dilakukan karena pemerintah sedang melakukan reprofile dengan mengatur durasi beban utangnya.

Sampai akhir tahun Ramdhan perkirakan, yield obligasi Indonesia tenor acuan 10 tahun akan bergerak dalam kisaran 6,1%-6,3%.

Selanjutnya: Perkumpulan Agen Asuransi Indonesia keberatan dikenakan PPN

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×