Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah ditutup menguat pasca rapat Federal Open Market Committee (FOMC). Namun, volatilitas rupiah masih tinggi seiring penurunan cadangan devisa Indonesia dan ketidakpastian mengenai perang dagang.
Rupiah spot ditutup menguat 0,21% ke Rp 16.502 per dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah Jisdor juga menguat 0,21% ke Rp 16.497 per dolar AS.
Ekonom Senior KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana menilai penguatan rupiah diperkirakan didorong faktor global, mengingat data dari dalam negeri negatif. Dari global didukung adanya ekspektasi pemangkasan suku bunga ke depan, ditambah akan ada negosiasi antara AS dan China.
Baca Juga: Rupiah Diperkirakan Bergerak Volatile Sepanjang Semester I 2025
"Jadi, ini mendorong ada ekspektasi bahwa nilai indeks dolar akan lebih rendah," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (8/5).
Untuk Jumat (9/5), Fikri memperkirakan rupiah berpotensi melanjutkan penguatan. Sebab, sentimen dari global yang berlanjut dan adanya lelang SRBI pada Jumat (9/5).
Fikri menuturkan, satu bulan terakhir SRBI menjadi tujuan inflow asing. Sehingga diperkirakan akan ada dana asing yang kembali masuk dan mendorong rupiah.
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi berpandangan rupiah berpotensi melemah. Ini menyusul ketidakpastian dari hasil negosiasi antara AS dan China. "Menteri Keuangan AS, Scott Bessent mengatakan bahwa perundingan yang akan datang merupakan awal, bukan diskusi lanjutan," sebut Ibrahim.
Karenanya, ia memperkirakan rupiah melemah dengan rentang Rp 16.490 - Rp 16.550 per dolar AS. Sementara Fikri memproyeksikan rupiah menguat pada kisaran Rp 16.380 - Rp 16.580 per dolar AS.
Selanjutnya: SSMS dan CBUT Cetak Kinerja Positif per Kuartal I 2025, Simak Rekomendasi Sahamnya
Menarik Dibaca: DANA & Ant International Targetkan 5.000 UMKM Perempuan Belajar Bisnis hingga AI
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News