Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah merosot lebih dari 2% pada Jumat (24/1) dan harga minyak jenis Brent mencatat penurunan mingguan terbesar dalam lebih dari satu tahun karena kekhawatiran bahwa virus corona akan menyebar lebih jauh di China yang merupakan konsumen minyak terbesar kedua di dunia.
Tak hanya itu, penyebaran virus corona juga akan membatasi perjalanan dan pada akhirnya akan mengurangi permintaan minyak. Ini yang menjadi sentimen yang menekan harga minyak.
Baca Juga: Bursa Wall Street rontok tertekan wabah virus corona yang meluas
Virus corona jenis baru telah menewaskan 26 orang dan menginfeksi lebih dari 800 telah mendorong penangguhan operasioanl angkutan umum di 10 kota China.
Sementara kasus infeksi telah ditemukan di beberapa negara Asia lainnya, Prancis dan juga Amerika Serikat (AS).
Jumat (24/1), harga minyak mentah Brent ditutup pada harga US$ 60,69 per barel atau merosot 2,2% dari hari sebelumnya.
Harga minyak yang menjadi benchmark global ini telah anjlok 6,4% pada pekan ini, penurunan mingguan terbesar sejak 21 Desember 2018.
Sementara harga minyak mentah berjangka AS berakhir pada level US$ 54,19 per barel turun 2,5% pada Jumat (24/1) dan dalam sepekan jatuh 7,4%, penurunan mingguan terbesar sejak 19 Juli 2020.
Baca Juga: Virus corona sudah tiba di Eropa dan Nepal, Amerika laporkan kasus kedua
"Ini semua tentang virus corona sepanjang waktu, dan kami tidak mendapatkan tanda-tanda bahwa semuanya menjadi lebih baik," kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group di Chicago seperti dikutip Reuters.
Otoritas kesehatan khawatir tingkat infeksi virus ini dapat meningkat selama liburan Tahun Baru Imlek akhir pekan ini, ketika jutaan orang China bepergian.
Pengalaman dengan wabah sebelumnya seperti SARS pada tahun 2003 dan MERS dari 2012 menunjukkan dampak ekonomi dari wabah relatif kecil. Namun, penyebaran virus ini membuat pasar rentan terhadap berita mengecewakan tentang konsumsi minyak.
Baca Juga: China perluas karantina raksasa ke 13 kota dengan 41 juta penduduk
Apalagi, data hitungan rig di Amerika Serikat (AS) yang terbaru, indikasi pasokan masa depan dari produsen minyak mentah terbesar di dunia, tidak banyak mendukung harga minyak karena perusahaan energi menambahkan rig minyak untuk minggu kedua berturut-turut.
Juga laporan pasokan terbaru pemerintah AS pada Kamis (23/1) menunjukkan stok bensin bertambah untuk minggu ke 11 berturut-turut ke rekor tertinggi.
"Sulit untuk mendapatkan (tentang) pasar minyak yang konstruktif sampai kita melihat lebih banyak penurunan dalam inventaris dunia," kata Andy Lipow, presiden Lipow Oil Associates di Houston yang dikutip Reuters.
Persediaan minyak di dunia industri yang lebih luas berada di atas rata-rata lima tahun, menurut data OPEC, yang menurut para analis membatasi dampak dari kehilangan pasokan.
Baca Juga: Terus bertambah, korban meninggal akibat virus corona jadi 26 orang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News