kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Virus corona berpotensi menjegal kinerja Indofood Sukses Makmur (INDF) di 2020


Senin, 13 April 2020 / 23:47 WIB
Virus corona berpotensi menjegal kinerja Indofood Sukses Makmur (INDF) di 2020
ILUSTRASI. Pandemi virus corona yang menyebar di Indonesia memiliki pengaruh negatif pada sektor barang konsumsi


Reporter: Arvin Nugroho | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus corona yang menyebar di Indonesia sejak awal Maret memiliki pengaruh negatif pada sektor barang konsumsi, termasuk PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF). Kinerja INDF diprediksi tak akan sebaik tahun lalu akibat virus corona.

Analis Ciptadana Sekuritas Muhammad Fariz mengatakan kinerja INDF pada tahun 2019 sesuai dengan ekspetasinya. Indofood meraup pendapatan Rp 76,59 triliun pada tahun 2019, naik 4% ketimbang tahun sebelumnya.

Peningkatan pendapatan INDF tahun 2019 ditopang oleh segmen produk makanan bermerek dan Bogasari. Segmen consumer branded products (CBP) menyumbang 55,5% dari total pendapatan dengan mencatatkan pertumbuhan 10,4% sebesar Rp 42,5 triliun. Sedangkan, Bogasari di urutan kedua menyumbang 23,8% dari total pendapatan INDF.

Baca Juga: Saham apa saja yang dihindari saat pembatasan sosial skala besar diterapkan?

Laba usaha INDF juga tumbuh 8% menjadi Rp 9,83 triliun. “Sektor secara keseluruhan menunjukkan kinerja yang baik, hanya saja sektor agribisnis dan distribusi yang kurang maksimal,” kata Fariz.

Fariz mengatakan prospek kinerja INDF tahun ini akan cenderung turun. Terlebih, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah wilayah akan berpengaruh terhadap penjualan produk INDF. Fariz bilang, segmen CBP cenderung lebih kebal terhadap efek berlakunya PSBB. Sementara, sektor di luar CBP berpotensi akan berkontraksi dari sisi permintaan.

Baca Juga: Bakal diuntungkan dengan PSBB, simak rekomendasi saham-saham ini

Analis Maybank Kim Eng Isnaputra Iskandar dalam risetnya pada 24 Maret 2020 juga menuliskan hal yang serupa. Dari segi penjualan CBP, Isnaputra memangkas proyeksinya sebesar 5,5% di tahun 2020 menjadi Rp 43,56 triliun dari yang sebelumnya Rp 46,08 triliun.

Pemangkasan penjualan produk CBP itu tak terlepas dari potensi menurunnya penjualan produk Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) non-mie sebesar 10% secara year on year. “Pertumbuhan penjualan produk CBP diperkirakan akan melambat dan hanya mampu tumbuh 1,9%,” tulis Isnaputra.

Kemudian, Isnaputra juga menurunkan perkiraan laba bersih yang akan didapatkan INDF sebesar 11,9% secara year on year dari proyeksi sebelumnya. Penurunan itu dilakukan seiring dengan penyebaran virus corona.

Isnaputra juga memangkas proyeksi penjualan produk Bogasari di 2020 sebesar 8,7% seiring daya konsumsi yang berkurang. Isnaputra memperkirakan penjualan Bogasari hanya akan tumbuh 1,5%.

Sementara itu, sektor distribusi diperkirakan akan mencatat kenaikan penjualan sebesar 3,5% menjadi Rp 4,22 triliun. Tak jauh berbeda, penjualan sektor agribisnis diproyeksikan akan tumbuh 5% secara year on year.

Baca Juga: Menakar Prospek Kinerja dan Saham Produsen Mi Instan, Indofood CBP (ICBP)

Analis Sucor Sekuritas Jennifer Widjaja dalam risetnya melihat sektor agribisnis mempunyai potensi untuk mencatatkan kinerja yang lebih baik di tahun 2020. Pasalnya, hal itu didukung dengan membaiknya harga crude palm oil alias CPO. Jennifer memproyeksikan pendapatan sektor agribisnis dapat tumbuh sebesar 8% di tahun ini. Sedang, Fariz melihat penjualan sektor agribisnis bergantung pada harga dari CPO ke depan.

Berbeda, Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas melihat dengan berlakunya PSBB akan memiliki dampak yang cukup positif untuk penjualan INDF. Mengingat, masyarakat kalangan menengah ke bawah akan cenderung menyetok sembako untuk persediaan. Dengan demikian, proyeksi kinerja INDF masih ada peluang untuk tumbuh pada 2020.

Berkaca dari kondisi tersebut, Fariz dan Jennifer merekomendasikan buy untuk saham INDF dengan target harga masing-masing Rp 6.500 per saham dan Rp 8.950 per saham. Sementara Isnaputra dan Sukarno merekomendasikan hold dengan target harga masing-masing Rp 5.800 dan Rp 8.300 per saham. Senin (13/4), harga saham INDF berada di Rp 6.400 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×