kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45997,15   3,55   0.36%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Vale Indonesia (INCO) terkerek prospek permintaan nikel untuk baterai


Senin, 03 Agustus 2020 / 06:05 WIB
Vale Indonesia (INCO) terkerek prospek permintaan nikel untuk baterai


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Vale Indonesia Tbk (INCO) meningkat sepanjang semester I tahun ini. Namun di kuartal II tahun 2020 saja laba bersih INCO turun 16,5% secara kuartal per kuartal (qoq) di US$ 24,2 juta. 

Meski demikian, selama semester I tahun ini, laba bersih INCO mencapai US$ 53,1 juta, dari sebelumnya merugi US$ 26,2 juta di semester I tahun 2019. Benyamin Mikael Analis UOB Kay Hian Sekuritas dalam riset 30 Juli 2020 menjelaskan, laba bersih INCO positif di semester I tahun ini lantaran pengiriman nikel yang lebih besar dan harga nikel yang lebih tinggi. 

Baca Juga: Vale Indonesia (INCO) tegaskan Rudiantara bukan komisaris dari perwakilan MIND ID

Tak hanya itu, INCO juga telah menurunkan biaya belanja operasional dan pengeluaran lainnya. Di sisi lain, Benyamin menyebut, biaya keuangan INCO juga lebih rendah begitu juga manfaat pajak yang diterima positif. "Laba bersih INCO selama semester I tahun ini setara dengan 85,1% dari konsensus dan mencakup 91,9% dari perkiraan kami untuk tahun 2020," terang Benyamin dalam riset. 

Sementara itu, pendapatan semester I-2020 memenuhi 50,8% dari konsensus dan 49,4% dari perkiraan UOB pada tahun 2020. "Kami memperkirakan jika harga LME nikel berada pada US$ 12.000 per ton maka laba bersih INCO di tahun 2021 mencapai US$ 7,1 juta, jika di US$ 13.000 per ton maka laba di US$ 38,8 juta," terang Benyamin. Dia menambahkan, jika harga nikel di US$ 15.000 per ton atau US$ 16.000 per ton maka laba bersih tahun depan masing-masing akan di US$ 102,2 juta dan US$ 133,9 juta. 

Ke depan, UOB memperkirakan, pertumbuhan pendapatan INCO masih akan berlanjut didorong oleh peningkatan permintaan untuk baterai EV. Hal ini tentu akan meningkatkan permintaan nikel. Selain efek organik, peningkatan pendapatan INCO juga akan diimbangi dari ekspansi anorganik seperti ekspansi volume dengan proyek-proyek baru. 

Baca Juga: Rudiantara, mantan Menkominfo yang kini menjabat komisaris di SMGR dan INCO

INCO tengah mengembangkan pabrik feronikel di Bahodopi. Berdasarkan riset UOB, proyek Bahodopi diproyeksikan sebesar US$ 1,6 miliar dan konstruksi diharapkan mulai pada tahun 2021 dengan kapasitas produksi 70.000 ton. 

Sementara itu, proyek pabrik pengolahan bijih nikel di Pomalaa dengan teknologi high pressure acid leaching process (HPAL), teknologi yang dapat mengubah bijih nikel oksida tingkat rendah. HPAL untuk bahan baku baterai dengan biaya investasi US$ 2,5 miliar dengan kapasitas produksi 40.000 ton. 

Potensi kenaikan pendapatan INCO juga berasal dari meningkatnya permintaan dunia akan stainless steel yang digerakkan oleh pengembangan infrastruktur untuk Belt and Road Initiative di China. 

Berbagai sentimen positif tersebut membuat Benyamin yakin akan prospek INCO. Ia merekomendasikan beli saham INCO dengan target harga Rp 3.900 per saham. 

UOB memperkirakan, INCO bisa meningkatkan pendapatan 35,6% secara year on year (yoy) menjadi US$ 78,4 juta pada tahun 2021. Ini dengan mengasumsikan penjualan INCO sebanyak 73.000 ton nikel matte dengan harga rata-rata US$ 11.115 per ton. 

Baca Juga: Di Tengah Pandemi, INCO Justru Mencetak Laba

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×