Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Kinerja yang stagnan
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu menilai, kinerja INCO sepanjang 2019 memang cukup stagnan bila dibandingkan dengan kinerja sepanjang 2018. Namun, secara kuartalan, kinerja INCO naik signifikan.
Pada kuartal IV-2019, INCO membukukan pendapatan sebesar US$ 275,5 juta atau naik 28,6% secara kuartalan. Sementara itu, laba bersih INCO melesat 117,15% menjadi US$ 57,24 juta.
Sementara itu, analis Danareksa Sekuritas Stefanus Darmagiri mengatakan, pelemahan harga nikel baru-baru ini didukung oleh lemahnya permintaan dari sektor industri stainless-steel diproyeksikan akan memengaruhi pendapatan INCO pada semester I-2020.
“Kami berharap meningkatnya permintaan yang solid dari kendaraan listrik akan meningkatkan penghasilan perusahaan dalam jangka panjang,” tulis Stefanus dalam riset, Jumat (21/2).
Baca Juga: Ada pembangunan tungku, produksi nikel Vale (INCO) diproyeksi sama dengan tahun lalu
Sementara itu, Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan saat ini harga komoditas nikel sedang dalam tren penurunan. Dia bilang, aturan pelarangan ekspor bijih nikel hanya bisa menjadi sentimen jangka pendek.
Sedangkan untuk jangka panjang, prospek emiten nikel ditentukan oleh kemampuan emiten tersebut dalam membangun pabrik pengolahan (smelter). Saat ini pun saham emiten nikel seperti Vale Indonesia (INCO) belum menunjukkan sinyal beli dan masih dalam tren penurunan.
Stefanus pun mempertahankan rekomendasi buy saham INCO dengan target harga Rp 4.400 per saham. Rekomendasi ini dipertahankan mengingat efisiensi biaya lebih lanjut dari manajemen INCO, produksi nikel dalam matte yang diproyeksikan sedikit lebih tinggi, dan pendapatan jangka panjang yang kuat dari proyek pengembangan serta harga nikel yang solid dalam jangka panjang.
Baca Juga: Tahun 2020, Vale (INCO) fokus mengontrol produksi dan biaya
Di sisi lain, Sukarno merekomendasikan wait and see saham INCO yang masih berada dalam tren penurunan. Sementara Dessy merekomendasikan hold saham INCO dengan target harga Rp 3.900 per saham dengan upside potential 27,5% dari harga penutupan per 21 Februari 2020 yakni Rp 3.060 per saham.
Dessy merekomendasikan hold saham INCO sampai kabar divestasi dan progress pembangunan smelter INCO menemui titik terang.
Pada perdagangan hari ini, saham INCO ditutup melemah 0,33% ke level Rp 3.000 per saham. Secara ytd, saham INCO ambles 17,58%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News