kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Vale (INCO) alokasikan capex untuk pemeliharaan tungku, simak rekomendasi sahamnya


Selasa, 25 Februari 2020 / 19:38 WIB
Vale (INCO) alokasikan capex untuk pemeliharaan tungku, simak rekomendasi sahamnya
ILUSTRASI. Sebuah articulated dump truck mengangkut material pada pengerukan lapisan atas di pertambangan nikel PT. Vale di Soroako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Kamis (28/3/2019). Produksi nikel INCO diprediksi bakal sama dengan tahun lalu, yakni di kisaran 71.000


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) akan mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sedikit lebih besar dibandingkan capex tahun lalu. Alokasi capex yang sedikit lebih tinggi dibanding tahun lalu disebabkan adanya aktivitas pemeliharaan salah satu dari empat furnace (tungku) yang akan dimulai pada kuartal IV-2020.

“Proyek ini akan berjalan kurang lebih selama lima bulan,” ujar Diretor Finance and Control Vale Indonesia Adi Susatio kepada Kontan.co.id, Selasa (25/2). Meski demikian, Adi belum bisa memastikan terkait angka pasti capex INCO tahun ini. Yang jelas, capex ini akan diambil dari dana internal INCO.

Tahun lalu INCO mengalokasikan capex senilai US$ 166,6 juta. Capex ini mayoritas digunakan untuk proyek Larona Canal Lining dan pemeliharaan rutin.

Baca Juga: Harga nikel diproyeksi stabil, Vale Indonesia (INCO) punya propsek cerah

Akibat dari pemeliharaan tungku ini, produksi nikel INCO diprediksi bakal sama dengan tahun lalu, yakni di kisaran 71.000 metrik ton. Tahun lalu, INCO memproduksi 71.025 metrik ton nikel atau turun 5,05% secara tahunan. Namun, capaian ini masih memenuhi target produksi INCO yang dipasang 71.000 metrik ton–73.000 metrik ton.

Turunnya produksi nikel INCO tahun lalu disinyalir akibat adanya kegiatan pemeliharaan terencana terkait proyek kanal Larona (Larona Canal Project). Adi melanjutkan, selain untuk pemeliharaan tungku, INCO juga akan menggunakan capex tahun ini untuk pemeliharaan rutin dan peremajaan alat pabrik.

Pada 2019, konstituen Indeks Kompas100 ini membukukan laba bersih periode berjalan senilai US$ 57,40 juta. Realisasi ini turun 5,14% dibandingkan dengan laba bersih periode berjalan tahun sebelumnya yang mencapai US$ 60,51 juta.

Dari sisi top line, pendapatan emiten nikel ini naik tipis 1% menjadi US$ 782,01 juta dari pendapatan tahun lalu yakni US$ 776,9 juta. Tahun ini, Adi mengatakan pendapatan dan laba INCO bergantung pada banyak faktor, salah satunya harga pasar komoditas dunia untuk nikel dan bahan bakar minyak serta batubara.

Baca Juga: Kinerja tumbuh moderat, simak rekomendasi analis untuk saham Vale Indonesia (INCO)

INCO akan fokus pada sisi produksi dan manajemen biaya produksi melalui beberapa program konversi energi dan penghematan biaya. Salah satu ikhtiar yang telah dilakukan adalah penggunaan listrik tenaga air melalui tiga bendungan yang dimiliki saat ini.

"Kami juga melakukan studi lebih dalam untuk penggunaan renewable energy lebih jauh untuk operasi kami ke depan. Namun belum dapat membagikan hasil study tersebut lebih detail saat ini sampai ada kepastian untuk dapat diimplementasikan nanti di operasi kami," sambung dia.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×