kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.905.000   3.000   0,16%
  • USD/IDR 16.389   51,00   0,31%
  • IDX 6.845   28,92   0,42%
  • KOMPAS100 991   5,69   0,58%
  • LQ45 768   4,40   0,58%
  • ISSI 217   0,75   0,35%
  • IDX30 399   2,52   0,64%
  • IDXHIDIV20 475   0,82   0,17%
  • IDX80 112   0,61   0,55%
  • IDXV30 115   0,45   0,39%
  • IDXQ30 131   0,60   0,46%

Usai Umumkan Kinerja Kuartal I 2025, Cek Saham Blue Chip yang Layak Dibeli


Senin, 05 Mei 2025 / 05:20 WIB
Usai Umumkan Kinerja Kuartal I 2025, Cek Saham Blue Chip yang Layak Dibeli
ILUSTRASI. Dia pun merekomendasikan beli beberapa saham, seperti BBCA dengan target harga Rp 9.250 per saham, TLKM dengan target harga Rp 2.830 per saham


Reporter: Dimas Andi | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas emiten anggota indeks LQ45 telah merilis laporan keuangan kuartal I-2025. Lalu, saham identik dengan blue chip apa saja yang layak dikoleksi untuk investasi?

Indeks LQ45 adalah salah satu indeks mayor di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terdiri dari 45 saham. Saham LQ45 biasanya memiliki nilai pasar atau kapitalisasi yang besar dan likuiditas tinggi dibandingkan saham lain.

Walhasil, saham di LQ45 sering dikenal sebagai saham blue chip.

Namun, saham blue chip tak menjamin memiliki kinerja baik. Ada beberapa emiten saham LQ45 mencatatkan kinerja keuangan yang kurang memuaskan, baik dari sisi top line maupun bottom line.

Baca Juga: Harga iPhone 16 Pro & Pro Max Naik, Harga iPhone 15-14-13-12 Mei 2025 Juga Bertambah

Berdasarkan data yang dihimpun Kontan, kinerja emiten-emiten LQ45 yang bergerak di sektor energi atau pertambangan tampak memerah.

Misalnya, PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) yang mengalami penurunan pendapatan 22,33% year on year (yoy) menjadi US$ 381,62 juta serta laba bersih turun 52,27% yoy menjadi US$ 76,70 juta pada kuartal I-2025.

Begitu juga dengan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang mengalami koreksi laba bersih 50,50% yoy menjadi Rp 391,45 miliar pada kuartal I-2025. Namun, pendapatan emiten pelat merah tersebut masih mampu tumbuh 5,84% yoy menjadi Rp 9,96 triliun.

Sementara itu, hampir seluruh emiten LQ45 di sektor perbankan mencatatkan kenaikan kinerja, terutama dari sisi laba bersih. Misalnya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang meraih laba bersih Rp 14,1 triliun pada kuartal I-2025 atau tumbuh 9,80% yoy, serta PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang laba bersihnya meningkat 3,94% yoy menjadi Rp 13,20 triliun.

 

Di sisi lain, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mengalami penurunan laba bersih 13,92% yoy menjadi Rp 13,67 triliun pada kuartal I-2025.

Sejumlah emiten LQ45 di sektor Fast Moving Consumer Good (FMCG) dan ritel juga mampu membukukan kinerja keuangan positif pada tiga bulan pertama 2025.

Ambil contoh pada duo emiten milik Grup Salim, yakni PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang meraih kenaikan pendapatan 2,48% yoy menjadi Rp 31,55 triliun dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang mencetak kenaikan pendapatan 1,32% yoy menjadi Rp 20,18 triliun pada kuartal I-2025.

Laba bersih INDF dan ICBP juga mampu tumbuh dua digit sepanjang kuartal I-2025 yakni masing-masing 11,20% yoy menjadi Rp 2,72 triliun dan 12,95% yoy menjadi Rp 2,65 triliun.

Di sisi lain, kinerja PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) masih lesu lantaran pendapatannya turun 6,09% yoy menjadi Rp 9,46 triliun dan laba bersihnya anjlok 14,60% yoy menjadi Rp 1,23 triliun pada kuartal I-2025.

Tonton: Dedi Mulyadi Usul Vasektomi Jadi Syarat Penerima Bansos, Ini Respon PBNU

Di sektor ritel, dua emiten Grup MAP sanggup membukukan pertumbuhan laba bersih dua digit. PT Mitra Adi Perkasa Tbk (MAPI) meraih kenaikan laba bersih 14,07% yoy menjadi Rp 472,26 miliar, sedangkan PT Map Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA) mencatatkan kenaikan laba bersih 20,81% yoy menjadi Rp 339,98 miliar pada kuartal I-2025. 

Hasil ini diikuti oleh pertumbuhan pendapatan, yang mana MAPI meraih kenaikan pendapatan 5,82% yoy menjadi Rp 9,3 triliun sementara MAPA meraih kenaikan pendapatan 16,95% yoy menjadi Rp 4,31 triliun.

Emiten ritel barang konsumen primer, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) turut meraih pendapatan 11,75% yoy menjadi Rp 32,77 triliun dan laba bersih tumbuh 9,52% yoy menjadi Rp 975,11 miliar pada kuartal I-2025.

Lebih lanjut, emiten di sektor telekomunikasi mencatatkan kinerja yang relatif negatif. Misalnya, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang mengalami pelemahan pendapatan 2,11% yoy menjadi Rp 36,63 triliun dan koreksi laba bersih 4,01% yoy menjadi Rp 5,81 triliun pada akhir kuartal I-2025.

Chief Executive Officer (CEO) Edvisor Profina Visindo Praska Putrantyo mengatakan, kinerja emiten yang terdaftar dalam indeks LQ45 memang masih menunjukkan pelemahan, namun masih sesuai dengan ekspektasi pasar.

Pelemahan kinerja terjadi di beberapa sektor, khususnya yang bersinggungan langsung dengan komoditas energi dan pertambangan.

“Pendapatan yang turun akibat harga komoditas yang lesu, serta biaya-biaya yang cukup tinggi lantaran kurs yang lemah, telah menekan margin emiten di sektor tersebut, kecuali untuk emiten komoditas emas,” ungkap dia, Jumat (2/5).

Secara umum, emiten-emiten LQ45 jelas terdampak oleh kondisi ekonomi global yang tak menentu akibat kebijakan tarif Amerika Serikat (AS).

Belum lagi, kondisi ekonomi domestik juga cukup menantang seiring pelemahan daya beli masyarakat, suku bunga acuan yang masih di level tinggi, serta pelemahan kurs rupiah.

Senada, VP Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi menyampaikan, kinerja emiten-emiten LQ45 dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal.

Mulai dari depresiasi rupiah yang membuat beban impor membengkak, suku bunga acuan yang tinggi sehingga membebani cost of credit, pelemahan harga komoditas minerba, hingga permintaan global yang melemah sehingga berdampak pada penurunan ekspor.

Dia juga menilai, hasil kinerja keuangan biasanya berkorelasi dengan pergerakan harga saham emiten yang bersangkutan di pasar. Sebagai gambaran, kekhawatiran beban pembiayaan kredit yang meningkat berdampak negatif bagi emiten perbankan, di mana hal ini diikuti oleh respons pelaku pasar yang cenderung negatif.

Capital outflow terbesar saat ini terjadi emiten perbankan dan berdampak pada pergerakan indeks LQ45 karena memiliki bobot terbesar,” ujar Audi, Jumat (2/5).

Audi berpandangan peluang perbaikan kinerja emiten LQ45 hingga akhir 2025 masih akan bergantung oleh beberapa sentimen seperti relaksasi kebijakan suku bunga acuan, penguatan kurs rupiah, stabilitas harga komoditas, dan perkembangan tensi perang dagang AS-China.

Dia pun merekomendasikan beli beberapa saham, seperti BBCA dengan target harga Rp 9.250 per saham, TLKM dengan target harga Rp 2.830 per saham, BMRI dengan target harga Rp 5.400 per saham, serta ICBP dengan target harga Rp 14.900 per saham.

Baca Juga: Harga iPhone 16e-iPhone 16 Pro & Pro Max Naik, Cek Harga iPhone 15-14-13-12

Selanjutnya: Realisasi Pasokan DMO Batubara Capai 44,56 Juta Ton per 4 Mei 2025

Menarik Dibaca: 8 Drama Korea Terbaru Mei 2025 Lengkap dengan Jadwal Tayang, Didominasi Romance

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×