Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) menutup tahun 2015 dengan aksi korporasi penambahan modal.
SMMA tengah menggelar private placement.
Setelah mendapat persetujuan pemegang saham untuk menggelar aksi private placement, SMMA menggaet PT Summit Auto Group.
Perusahaan asal Jepang ini menyerap 119,85 juta unit saham baru yang diterbitkan SMMA senilai Rp 599,99 miliar.
Jumlah ini baru sekitar 20% dari rencana Non-HMETD.
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) SMMA telah menyetujui rencana private placement 10% dari keseluruhan modal dengan harga pelaksanaan Rp 5.006 per saham dan total target perolehan dana Rp 3 triliun.
Private placement ini juga fokus untuk jatah investor asing.
Tapi, Kurniawan mengakui, mencari investor asing cukup sulit.
Perlu waktu penjajakan untuk melihat kesamaan visi misi.
Saat ini masih ada sisa 8,1% dari keseluruhan saham yang dilepas.
"Kalau bisa terserap 5% lagi sudah bagus," kata Kurniawan Udjaja, Direktur Keuangan sekaligus Sekretaris Perusahaan SMMA kepada KONTAN, Kamis (31/12).
Investor asing SMMA bakal menyuntikkan dana hasil private placement untuk salah satu anak usahanya, PT Bank Sinarmas Tbk (BSIM).
SMMA tinggal menyuntik dana lewat eksekusi hak pada rights issue BSIM.
"Kalau rights issue masih didiskusikan manajemen BSIM, sedang dipertimbangkan apakah mau menggunakan buku September atau Desember," kata Kurniawan.
Seperti diketahui, SMMA sedang memoles BSIM agar anak usaha ini bisa menjadi bank dengan kategori BUKU III.
Targetnya, BSIM bisa masuk ke kategori ini pada kuartal II-2016.
Hingga September 2015, total ekuitas BSIM baru mencapai Rp 3,3 triliun.
Hingga akhir tahun, ekuitas anak usaha tersebut bisa mencapai Rp 3,4 triliun.
Ada kekurangan sekitar Rp 1,6 triliun untuk bisa masuk ke BUKU III.
Kurniawan menambahkan, jumlah modal yang akan disuntik ke BSIM akan tergantung pada komposisi kepemilikan saham di anak usahanya.
Nanti, penambahan modal akan dilakukan lewat mekanisme rights issue.
Selain mendorong BSIM masuk ke BUKU III, ada hal lain yang melatarbelakangi aksi korporasi ini.
Saat ini, anak usaha yang paling membutuhkan suntikan dana adalah BSIM.
Anak usahanya yang lain masih kuat mengandalkan kas internal untuk ekspansi.
BSIM sebagai perusahaan perbankan membutuhkan modal besar untuk bisa tumbuh lebih cepat.
Nah, tentunya ada ekspektasi kontribusi pendapatan yang lebih besar jika semua proses aksi korporasi tersebut tuntas.
Kurniawan bilang, selama ini rata-rata BSIM merupakan kontributor pendapatan ketiga terbesar jika dibandingkan seluruh anak usaha SMMA lain.
"Setelah menjadi BUKU III, kontribusi BSIM harus naik lagi, minimal ada di urutan kedua," pungkas Kurniawan.
Hingga periode September 2015, SMMA membukukan total pendapatan Rp 11,01 triliun.
Angka ini turun tipis, kurang dari 1% jika dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 11,08 triliun.
Penurunan ini salah satunya dipicu oleh penurunan pada pos pendapatan underwriting asuransi dari yang sebelumnya Rp 7,43 triliun menjadi Rp 7,15 triliun.
Meski turun, pendapatan underwriting ini mengontribusi 64,94% total pendapatan SMMA.
SMMA memiliki 50% saham perusahaan asuransi jiwa PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG dan 99,99% saham perusahaan asuransi umum PT Asuransi Sinar Mas.
Pos pendapatan bunga dan bagi hasil meningkat 14% menjadi Rp 2,55 triliun dari sebelumnya Rp 2,13 triliun.
Ini adalah pendapatan SMMA dari bisnis bank.
Porsi pendapatan ini mencapai 22,25% terhadap total pendapatan.
Porsi pendapatan bank naik ketimbang 19,31% pada periode yang sama tahun 2014.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News