kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

UNSP cari mitra strategis garap bisnis hilir sawit


Rabu, 15 April 2015 / 17:51 WIB
UNSP cari mitra strategis garap bisnis hilir sawit
ILUSTRASI. Lowongan magang BPJS Kesehatan


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) berencana untuk menggarap kembali program hilirisasi kelapa sawit yang sempat mendek tahun lalu. Untuk itu UNSP mencari mitra strategis karena ketatnya kondisi keuangan perusahaan.

"Negosiasi terus berjalan. Investor juga terus kita cari. Asing maupun lokal," sebut Direktur dan Investor Relation UNSP Andi W. Setianto, ketika ditemui wartawan di kantornya, Rabu, (15/4).

Ia belum mau menyebut berapa porsi yang ditawarkan ke calon investornya. Namun UNSP berharap bisa memegang porsi mayoritas.

Andi mengungkapkan bahwa banyak tekanan yang UNSP hadapi. Akhir 2014 kemarin, emiten perkebunan Grup Bakrie ini mengalami defisit sebesar Rp 2,3 trilun. Lalu total liabilitas jangka pendek UNSP tercatat Rp 7,69 triliun dan telah melebihi total aset lancarnya di Rp 2,59 triliun. Nah, auditor menilai kondisi ini menimbulkan keraguan signifikan tentang kemampuan UNSP menjalankan usahanya secara berkesinambungan.

Maka dari itu, UNSP berencana mencari solusi. Caranya pertama dengan opsi kemitraan strategis, divestasi sebagian atau seluruhnya, lalu menyelesaikan dan memulai produksi proyek oleochemical atau downstream di tahun ini.

Kedua, menata ulang atau restrukturisasi pinjaman unit usaha upstream. Ketiga, fokus pada produktivitas, pengendalian biaya, dan manajemen kebun.

Pada tahun 2013, UNSP masih memperoleh pendapatan senilai Rp 3,96 miliar dari oleochemical. Sedangkan bisnis oleochemical-nya berhenti di tahun lalu karena UNSP kesulitan dana untuk mengembangkan pabrik hilir yang belum sepenuhnya rampung.

Bisnis hilir UNSP memiliki 2 lokasi yakni Tanjung Morawa yang memiliki lahan 7 hektare dan Kuala Tanjung dengan lahan seluas 74 hektare. Berdasarkan perhitungan perseroan, pengembangan Kuala Tanjung ditaksir membutuhkan belanja modal atau capital expenditure (capex) US$ 50,27 juta.

Lalu catatan perseroan di tahun 2013, bisnis oleochemical memiliki aset sebesar Rp 7 triliun dengan utang Rp 4,7 triliun. Sementara itu, Crude Palm Oil (CPO) dan karet memiliki aset Rp 2,6 triliun dengan utang Rp 3,3 triliun.

UNSP pun memeluk utang jangka panjang yang jatuh tempo tahun ini sebesar Rp 4,76 triliun. Utang itu terdiri dari Rp 2,14 triliun kepada Credit Suisse AG cabang Singapura, Rp 2,07 triliun kepada Verdant Capital Pte Ltd, Rp 517,6 miliar kepada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), serta Rp 31,57 miliar kepada PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA).

Andi bilang, pihaknya akan terus melakukan negosiasi dengan Credit Suisse untuk memperpanjang tenor utang. Sementara utang kepada Verdant Capital merupakan milik Agri International Resources Pte Ltd (APRIL). Pada 2012 lalu, UNSP mendivestasi enak anak usaha yang benaung di APRIL. Namun hingga kini, seluruh prosesnya belum juga rampung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×