Reporter: Rashif Usman | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten grup Astra, PT United Tractors Tbk (UNTR) menyiapkan rencana ekspansi dengan memperluas portofolio bisnis di sektor emas, nikel, hingga energi baru terbarukan (EBT) pada 2026 mendatang.
"Untuk pertambangan mineral sendiri kita terus mencari peluang-peluang akuisisi baru untuk tambang emas, memperbesar kapasitas bisnis nikel, serta mencari peluang baik itu di Indonesia maupun di luar negeri," kata Direktur UNTR Iwan Hadiantoro dalam paparan publik yang digelar Senin (8/9).
Adapun di sektor energi terbarukan, lanjut Iwan, UNTR akan fokus pada strategi pengembangan renewable energy, meliputi proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Solar Photovoltaic (Solar PV), serta peningkatan kapasitas produksi pada aset Geothermal atau panas bumi yang dikelola melalui PT Supreme Energy Rantau Dedap.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Adaro Andalan (AADI) di Tengah Pelemahan Harga Batubara
Tak hanya itu, UNTR juga mendirikan PT Jabar Environmental mendirikan PT Jabar Environmental dan Kanadevia Corporation untuk membangun pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) di Legok Nangka, Jawa Barat dengan kapasitas penanganan limbah 2.000 ton per hari.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur UNTR Vilihati Surya memproyeksikan penjualan setara emas dari UNTR mencapai 240 ribu ons atau meningkat 3% secara year on year (yoy) hingga akhir tahun 2025.
Sementara, penjualan nikel ore stargate diprediksi mencapai 2 juta wet metric ton (wmt), relatif meningkat 1% yoy bila dibandingkan posisi yang sama di tahun lalu. Penjualan nikel ini terdiri dari 1,3 juta wmt limonite dan 700 ribu saprolite.
"Untuk tahun 2026, penjualan emas kita melihat relatif mirip di tahun 2025 yaitu 240 ribu ons dan nikel sama di angka 2 juta ton," ujar Vilihati.
Equity Research Analyst OCBC Sekuritas Farrell Nathanael mengatakan prospek jangka panjang UNTR positif karena strateginya untuk menyeimbangkan kontribusi pendapatan antara sektor batu bara dan non-batu bara pada tahun 2030.
Perusahaan telah mengalokasikan anggaran tahunan yang signifikan untuk memperluas portofolio mineralnya, termasuk emas dan nikel, dan terus berinvestasi di energi terbarukan, seperti yang terlihat dari rencana proyek waste-to-energy yang akan mencapai penutupan keuangan pada tahun 2026.
Namun, UNTR menghadapi beberapa tantangan jangka menengah hingga panjang, seperti persaingan ketat dari produsen China di pasar alat berat dan potensi penurunan harga komoditas.
"Selain itu, risiko operasional seperti biaya yang lebih tinggi dan dilusi ROE dari akuisisi juga menjadi pertimbangan," ucap Farrel kepada Kontan, Senin (8/9).
Meski begitu, Farrel menilai valuasi saham UNTR saat ini masih menarik, didukung oleh neraca keuangan yang kuat dan potensi hasil dividen yang menarik sekitar 8%.
"Faktor-faktor tersebut, ditambah dengan strategi diversifikasi yang solid menjadi dasar rekomendasi beli dan memberikan sentimen positif untuk saham UNTR. Target harga saham UNTR saat ini di posisi Rp 29.000," jelas Farrel.
Baca Juga: Saham Lapis Kedua Kian Menarik, Cermati Rekomendasi Analis
Selanjutnya: Purbaya Jadi Menteri Keuangan, Siapa yang Berpeluang Jadi Ketua DK LPS 2025-2030?
Menarik Dibaca: Ini 5 Ciri Peluang Usaha Menjanjikan yang Bisa Bertahan Lama
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News