kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

United Tractors (UNTR) mengantongi pendapatan Rp 18,3 triliun pada kuartal 1 2020


Senin, 27 April 2020 / 23:20 WIB
United Tractors (UNTR) mengantongi pendapatan Rp 18,3 triliun pada kuartal 1 2020
ILUSTRASI. Pameran Alat Berat ------ Sejumlah alat berat Komatsu milik United Tractors dipajang saat pameran Mining Indonesia 2019 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Rabu (18/9). Pameran yang diikuti oleh beberapa pabrikan ini bertujuan untuk memfasilitasi dan mempromos


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang kuartal pertama tahun ini, PT United Tractors Tbk (UNTR) membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 18,3 triliun atau menyusut sebesar 19,02% ketimbang triwulan pertama tahun 2019 sebesar Rp 22,6 triliun.

Lini bisnis mesin konstruksi berkontribusi sebesar 24%, kontraktor penambangan menyumbang 45%, pertambangan batubara 18%, pertambangan emas 11%, dan industri konstruksi menyumbang 3% terhadap total pendapatan.

Sekretaris Perusahaan PT United Tractors Tbk Sara K. Loebis mengatakan, penurunan kinerja ini lantaran ada perlambatan ekonomi global dan melemahnya harga batubara. “Sehingga berdampak pada pasar domestik dan membawa tantangan bagi lini bisnis Perseroan,” ujarnya, Senin (27/4).

Baca Juga: Laba bersih Astra International (ASII) kuartal I-2020 menurun 7,5%

Tak hanya itu, UNTR juga mengalami kerugian nilai tukar mata uang asing yang membuat laba bersih anjlok 40% menjadi Rp 1,8 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 3,1 triliun.

Secara operasional, bisnis penjualan alat berat Komatsu mengalami penurunan 48% menjadi 617 unit, dibandingkan dengan 1.181 unit pada triwulan pertama tahun 2019.

“Penurunan tersebut disebabkan oleh melemahnya penjualan alat berat dari sektor pertambangan dan perkebunan. Pendapatan Perseroan dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat juga turun sebesar 21% menjadi sebesar Rp 1,7 triliun,” paparnya.

Berdasarkan riset pasar internal, sambungnya, Komatsu tetap mampu mempertahankan posisinya sebagai market leader alat berat, dengan pangsa pasar domestik sebesar 33%. Penjualan UD Trucks mengalami penurunan dari 161 unit menjadi 73 unit, dan penjualan produk Scania turun dari 148 unit menjadi 64 unit.

Penurunan penjualan UD Trucks dan Scania lantaran pengaruh penurunan harga batubara, di mana kedua produk tersebut banyak digunakan di sektor pertambangan.

Secara total, pendapatan bersih dari segmen usaha mesin konstruksi turun 36% menjadi sebesar Rp 4,3 triliun ketimbang Rp 6,8 triliun pada periode yang sama tahun 2019.

Baca Juga: Kinerja operasional United Tractors (UNTR) tertekan di kuartal pertama 2020

Selanjutnya, jasa penambangan yang dioperasikan PT Pamapersada Nusantara (PAMA) memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp 8,2 triliun atau turun 14% dari Rp 9,5 triliun pada periode yang sama pada tahun 2019.

PAMA mencatat penurunan volume produksi batubara sebesar 9% dari 30,6 juta ton menjadi 27,9 juta ton dan volume pekerjaan pemindahan tanah atau overburden removal turun 9% dari 234,3 juta bcm menjadi 212,2 juta bcm.

Kemudian, usaha penjualan batubara melalui PT Tuah Turangga Agung (TTA) mencatat kenaikan penjualan sebesar 25% menjadi 3,2 juta ton. Namun demikian, pendapatan unit usaha pertambangan batubara turun 7% menjadi Rp 3,4 triliun dikarenakan penurunan rata-rata harga jual batu bara.

Adapun dari bisnis penambangan emas Martabe di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara berhasil memproduksi sebanyak 95 ribu ons atau turun 9% dibandingkan 104 ribu ons di triwulan pertama tahun 2019.

Baca Juga: Corona jadi bencana nasional, PLTU United Tractors (UNTR) meluncur sesuai jadwal

Pendapatan bersih dari bisnis tambang emas menyumbang sebesar Rp 2,0 triliun. Rata-rata harga jual terealisasi untuk emas adalah US$ 1.448 per ons, ketimbang US$ 1.306 per ons pada periode yang sama tahun 2019.

Segmen Usaha Industri Konstruksi Bidang usaha Industri Konstruksi melalui PT Acset Indonusa Tbk (ACSET) juga mengalami penurunan pendapatan dari Rp 802 miliar menjadi Rp 475 miliar pada kuartal pertama tahun ini.

“Hal ini dikarenakan bertambahnya biaya atas keterlambatan proyek berjalan dan peningkatan biaya keuangan akibat mundurnya penerimaan pembayaran proyek contractor pre-financing (CPF),” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×