Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tujuh bulan pertama tahun 2019, PT United Tractors Tbk (UNTR, anggota indeks Kompas100) mencatatkan penjualan alat berat Komatsu sebanyak 2.122 unit. Angka ini turun 26% bila dibandingkan penjualan selama tujuh bulan pertama tahun 2018 yang mencapai 2.876 unit.
Dari 2.122 unit, 46% (976 unit) diantaranya merupakan alat berat di sektor pertambangan, 29% (615 unit) alat berat di sektor konstruksi, 13% (275 unit) alat berat sektor perkebunan dan 12% diantaranya merupakan alat berat kehutanan.
Baca Juga: Ini sembilan saham Indonesia yang masuk indeks FTSE Asia Pasifik per September 2019
Direktur UNTR Iman Nurwahyu mengaku penjualan alat berat UNTR tahun ini cukup sulit. Ia mengibaratkan tahun ini adalah musim paceklik penjualan alat berat bagi UNTR.
Oleh karena itu, manajemen UNTR pun memutuskan untuk merevisi target penjualan alat berat. “Target sales kami hampir pasti kami turunkan dari 4.000 unit menjadi 3.600 unit,” terang Iman saat acara Public Exposes Live 2019 di Bursa Efek Indonesia.
Hal ini berarti UNTR telah merevisi target penjualan alat beratnya sebanyak dua kali tahun ini. Sebelumnya, UNTR memasang target penjualan alat berat sepanjang 2019 sebesar 4.200 unit.
Baca Juga: Apabila ibu kota baru di Samboja, Bumi Serpong Damai (BSDE) bisa ketiban untung
Akan tetapi, UNTR yakin Komatsu akan tetap menjadi pemimpin pasar (market leader) dalam hal penjualan alat berat. “Posisi bulan Juli kami tetap market leader dengan share 34% dan kami yakin tetap bisa menjaganya,” lanjutnya.
Corporate Secretary UNTR Sara Lubis menambahkan revisi target penjualan ini cukup rasional. Hal ini karena manajemen mengacu pada estimasi jumlah pesanan pelanggan (customer) yang sudah mengonfirmasi untuk membeli alat berat UNTR.
“Dari 3600 unit tidak semua dari pertambangan, namun alat yang dari pertambangan yang paling terlihat turunnya,” terang Sara usai acara Public Expose.
Namun Sara meyakini penurunan target penjualan alat berat tidak akan terlalu berpengaruh terhadap pendapatan UNTR hingga akhir 2019. Hal ini karena pendapatan total UNTR juga ditopang oleh pendapatan dari pos penerimaan lain seperti penerimaan aftersales dan pendapatan dari pos lainnya.
Baca Juga: Ada Investor Asing Beli Saham Borneo Olah Sarana (BOSS) di Pasar Negosiasi
“Kalau menurut saya penurunan target dari 4.000 ke 3.600 tidak begitu merefleksikan turunnya revenue yang banyak,” lanjut Sara Loebis.
Untuk diketahui, semester ini UNTR membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 43,3 triliun atau naik 11% dibanding dengan periode tahun sebelumnya sebesar Rp 38,9 triliun. Meski demikian, penjualan bersih mesin konstruksi kepada pihak berelasi maupun pihak ketiga tercatat mengalami penurunan.
Penjualan mesin konstruksi ke pihak berelasi turun menjadi Rp 40,58 miliar. Sedangkan penjualan mesin konstruksi ke pihak ketiga turun menjadi Rp 10,95 triliun.
Sehingga, laba bersih UNTR cuma naik tipis 3% menjadi Rp 5,7 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 5,5 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News