Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
Corporate Secretary UNTR Sara Lubis menambahkan revisi target penjualan ini cukup rasional. Hal ini karena manajemen mengacu pada estimasi jumlah pesanan pelanggan (customer) yang sudah mengonfirmasi untuk membeli alat berat UNTR.
“Dari 3600 unit tidak semua dari pertambangan, namun alat yang dari pertambangan yang paling terlihat turunnya,” terang Sara usai acara Public Expose.
Namun Sara meyakini penurunan target penjualan alat berat tidak akan terlalu berpengaruh terhadap pendapatan UNTR hingga akhir 2019. Hal ini karena pendapatan total UNTR juga ditopang oleh pendapatan dari pos penerimaan lain seperti penerimaan aftersales dan pendapatan dari pos lainnya.
Baca Juga: Ada Investor Asing Beli Saham Borneo Olah Sarana (BOSS) di Pasar Negosiasi
“Kalau menurut saya penurunan target dari 4.000 ke 3.600 tidak begitu merefleksikan turunnya revenue yang banyak,” lanjut Sara Loebis.
Untuk diketahui, semester ini UNTR membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 43,3 triliun atau naik 11% dibanding dengan periode tahun sebelumnya sebesar Rp 38,9 triliun. Meski demikian, penjualan bersih mesin konstruksi kepada pihak berelasi maupun pihak ketiga tercatat mengalami penurunan.
Penjualan mesin konstruksi ke pihak berelasi turun menjadi Rp 40,58 miliar. Sedangkan penjualan mesin konstruksi ke pihak ketiga turun menjadi Rp 10,95 triliun.
Sehingga, laba bersih UNTR cuma naik tipis 3% menjadi Rp 5,7 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 5,5 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News