kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

UBS Indonesia prediksi IHSG bisa sentuh 6.800


Senin, 05 Maret 2018 / 18:51 WIB
UBS Indonesia prediksi IHSG bisa sentuh 6.800
Manajemen UBS Indonesia


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. UBS Indonesia memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa menyentuh level 6.800 pada tahun ini.

“Kami menilai ada undervaluation di pasar saham Indonesia sehingga kami rekomendasikan untuk beli,” tutur Managing Director dan Head of Equities UBS Securities Indonesia Joshua Tanja, Senin (5/3).

Menurutnya, faktor pendorong indeks tahun ini akan berasal dari tingkat investasi yang dilakukan, terutama di sektor infrastruktur dan sektor yang terkait komoditas. Seliain itu, pertumbuhan penyaluran kredit perbankan juga turut mengerek indeks.

Penyaluran kredit yang moncer, turut mendorong kinerja perbankan. Dus, emiten perbankan bisa membagikan dividen pay out ratio di atas ekspektasi pasar. Pada 2017 lalu, dividen pay out ratio emiten perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 40%.

Begitu juga dengan peningkatan belanja pemerintah. Dalam catatan Joshua, belanja pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) naik sekitar 6% pada 2018. Mengutip data Kementerian Keuangan, anggaran belanja negara pada 2018 sebesar Rp 2.220,7 triliun. Pada tahun lalu, belanja pemerintah sejumlah Rp 2.098,9 triliun.

Josua memprediksikan, price to earning ratio (PER) IHSG pada 2019 adalah 17,5 kali. Menurutnya, valuasi pasar saham Indonesia ini terbilang menarik dibandingkan beberapa negara di asia tenggara (ASEAN). Misalnya, Malaysia mencatat PER indeks saham sebesar 19 kali.

Meski demikian, menurutnya, pelaku pasar patut antisipasi dengan tantangan dari tingkat konsumsi masyarakat dan performa harga minyak. “Dampak harga minyak terhadap APBN masih aman. Pertimbangannya, apakah harga minyak menyebabkan potensi daya beli masyarakat berkurang,” imbuh Joshua.

Dengan peluang dan tantangan tersebut, Joshua menyebut saham-saham sektor perbankan, semen, properti, dan otomotif akan punya outlook positif tahun 2018. Kebalikannya, ia menyebut, saham sektor barang konsumsi, telekomunikasi, dan perusahaan pengelola jalan tol akan punya outlook negatif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×