Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pasar Surat Berharga Negara (SBN) turut terkena efek domino kebijakan tarif Trump. Untuk itu, ada beberapa hal yang patut diwaspadai untuk menjaga aliran dana di pasar SBN.
Pasca pengumuman kebijakan tarif pada awal April lalu, skor Credit Default Swap (CDS) alias asuransi risiko gagal bayar Indonesia sempat mencapai 128,8 bps, tepatnya pada 9 April 2025. Itu menjadi rekor tertinggi sejak Oktober 2022.
Tingginya skor CDS menunjukkan tingginya risiko investasi di Indonesia. Sejalan, pada periode 8–10 April 2025, transaksi asing di pasar SBN tercatat jual neto sebesar Rp 7,84 triliun.
Baca Juga: Depresiasi Rupiah Dorong Investor Asing Masuk ke SBN, Begini Proyeksi ke Depan
Fixed Income Analyst Pefindo Ahmad Nasrudin menyebut, skor CDS memang menjadi salah satu sentimen yang diperhatikan investor sebelum masuk ataupun keluar. Namun, kecenderungan risk-return asing juga menjadi faktor penentu lainnya. Itu berkaitan dengan ketahanan ekonomi internal.
“Ketika asing mengambil stance spekulasi, maka mereka cenderung mau masuk hanya jika fundamental kita masih solid, misal inflasi rendah dan peringkat sovereign di investment grade yang stabil,” jelas Ahmad kepada Kontan, Senin (5/5).
Menurutnya, saat ini SBN domestik masih menawarkan imbal hasil tinggi dengan risiko yang relatif terukur.
Baca Juga: Pasar SBN Domestik Tetap Menarik, Ini Faktor Pendukungnya
Terbaru, lembaga pemeringkat Fitch kembali memberikan peringkat BBB pada Sovereign Credit Rating Republik Indonesia. Itu satu tingkat di atas level terendah investment grade dengan outlook stabil pada 11 Maret 2025.
“Peringkat tersebut memberikan kepercayaan bagi investor asing untuk masuk kembali ke pasar domestik,” kata Ahmad.
Apalagi, di tengah ketidakpastian ekonomi yang masih membayangi, SBN punya potensi tinggi untuk dilirik. Pasalnya, aset-aset berisiko tinggi seperti saham dan surat utang korporasi bakal cenderung dihindari.
“SBN relatif aman dengan eksposur yang relatif lebih rendah terhadap perang dagang. Sehingga, selain memburu aset safe haven, investor cenderung memburu surat utang pemerintah,” pungkas Ahmad.
Selanjutnya: Laba Segar Kumala (BUAH) Anjlok 76,03% di Kuartal I-2025, Ini Penjelasan Manajemen
Menarik Dibaca: Sinopsis Spring of Youth, Drakor Romance Remaja Terbaru di Netflix
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News